Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pemerintah Malaysia mengatakan, pihaknya telah menyetujui dibukanya pencarian baru terkait kasus hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370. Upaya pencarian itu dilakukan oleh sebuah perusahaan swasta berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat.
Perusahaan bernama Ocean Infinity itu mengirim sebuah kapal pencarian di Samudera Hindia selatan dalam seminggu terakhir. Kapal tersebut digunakan untuk mendeteksi keberadaan puing-puing pesawat yang lenyap pada 8 Maret 2014.
Laporan akhir Biro Keselamatan Penerbangan Australia (Australian Transport Safety Bureau/ATSB), mengenai pencarian MH370, mengakui bahwa pihak berwenang tidak bermaksud untuk mendalami penyebab hilangnya pesawat yang melakukan penerbangan dari Kuala Lumpur ke Beijing itu, atau lokasi tetap jatuhnya pesawat MH370.
Advertisement
"Dasar penawaran Ocean Infinity didasarkan pada 'tidak ada pengobatan, tidak ada biaya'," tutur Menteri Transportasi Malaysia, Liow Tiong Lai, dikutip dari The Sidney Morning Herald, Senin (8/1/2017).
Ia menambahkan, maksud ungkapan tersebut berarti pembayaran boleh dilakukan apabila Ocean Infinity berhasil menemukan reruntuhan MH370.
"Mereka menyatakan bersedia untuk melakukan pencarian di daerah seluas 25.000 kilometer persegi tersebut secara keseluruhan," imbuhnya.
Tak Ingin Berharap Lebih
Liow Tiong Lai tak ingin terlalu berharap terhadap pencarian baru ini. Ia menegaskan bahwa pemerintah Malaysia berkomitmen untuk terus melakukan pencarian terhadap Malaysia Ailines nomor penerbangan MH370.
Ocean Infinity mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kapal pencari Seabed Constructor, yang meninggalkan pelabuhan Durban di Afrika Selatan pada hari Selasa, memanfaatkan cuaca baik untuk berlayar menuju ke sekitar zona pencarian.
Dalam tahap awal, pencarian di sekitar permukaan dilakukan selama 52 hari, mencakup area seluas beberapa juta kilometer persegi di Samudera Hindia, di sebelah barat Australia.
Tahap selanjutnya, kapal melakukan pencarian bawah laut dengan memetakan 710.000 kilometer persegi dasar laut pada kedalaman hingga 6.000 meter. Australian Transport Safety Bureau mengatakan ini adalah pencarian terbesar dalam sejarah mereka.
Namun, laporan ATSB menyebut, pemahaman mengenai letak hilangnya pesawat itu kini lebih baik daripada sebelumnya. Salah satunya dengan mempelajari puing-puing yang terdampar di daratan pada tahun 2015 dan 2016, yang menunjukkan bahwa pesawat sudah kehabisan bahan bakar.
Pemerintah Malaysia, China dan Australia membatalkan pencarian resminya tiga tahun lalu, yakni pada Januari 2017.
Advertisement