Liputan6.com, Washington DC - Presiden Donald Trump dikabarkan akan menjalani sesi pengecekan medis oleh pihak Gedung Putih, yang akan dilaksanakan pada Jumat mendatang. Dikutip dari laman cnbc.com, Senin (8/1/2018), tindakan tersebut dilakukan untuk menepis keraguan berbagai pihak mengenai kepantasannya dalam menjalani tugas sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Laporan terkait juga menyebut Donald Trump akan diperiksa oleh dokter yang sama ketika memeriksa pendahulunya, Barack Obama. Publik meyakininya, hasil pengecekannya tersebut akan kembali dibuka ke hadapan publik setelah untuk pertama kalinya dilakukan Gedung Putih tahun lalu.
Advertisement
Baca Juga
Konon, durasi pengecekan medis tersebut akan memakan waktu sekitar dua jam, termasuk di dalamnya pengecekan tekanan darah, tes urine, detak, serta beberapa pertanyaan mengenai kebiasaan tidur dan kehidupan seksual.
Meskipun begitu, Donald Trump masih memiliki hak untuk tidak mengumumkan hasil cek kesehatannya itu di depan publik jika dirasa tidak perlu.
Ini merupakan jadwal cek kesehatan rutin pertama bagi Donald Trump sejak menempati Gedung Putih. Pengecekan ini menjadi perhatian publik mengingat berbagai spekulasi yang muncul tentang kesehatan fisik dan jasmani Presiden AS ke-45 itu terkait beragam pernyataan kontroversial yang dilontarkan sejak satu tahun terakhir.
Minggu lalu, sebuah buku kontroversial karya jurnalis veteran Michael Wolff membuat Gedung Putih meradang. Trump bahkan menyebut buku tersebut sebagai karya fiksi dan salah sumber utama penulisannya, Steve Banon, sebagai seorang yang kehilangan akal sehat.
Bahkan, Donald Trump pun sempat berkicau di Twitter bahwa dirinya sebagai seorang yang memiliki kegeniusan yang mengagumkan. Kicauan tersebut dilontarkan setelah bermunculan desas-desus yang meragukan kapabilitasnya dalam menjabat sebagai Presiden AS.
Donald Trump Obesitas
Saat sebagai kandidat dalam pilpres AS 2016, Donald Trump merilis sepucuk surat dari dokter pribadinya, Dr Harold Bornstein, yang mengungkapkan bahwa eks bintang reality TV itu memiliki berat sekitar 107 kg. Itu berarti indeks massa tubuh (BMI) Trump berkisar di angka 29,5, bukti bahwa dirinya kelebihan berat badan alias obesitas.
Tim kampanye Trump mengatakan bahwa surat tersebut mengungkapkan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh Bornstein pada September 2016.
Meski dikatakan nyaris obesitas, dokter Bornstein dalam kesimpulannya menyebutkan, "Jika terpilih, Trump, saya dapat menyatakan dengan tegas, akan menjadi individu paling sehat yang pernah terpilih menjadi presiden."
Meski di ambang obesitas, kebiasaan makan presiden dijadikan lelucon nasional sejak pemilihan 2016. Trump pernah memasang foto di Twitternya sambil bersiap mengunyah satu ember ayam goreng Kentucky Fried Chicken.
Trump juga dikabarkan minum sekitar selusin Diet Coke setiap hari dan suka makan steak yang dimasak hingga well done (sangat matang) dengan saus di sampingnya.
Mantan manajer kampanye Corey Lewandowski mengungkapkan dalam bukunya baru-baru ini bahwa Donald Trump memilih untuk memesan dua Mac Big Mac, dua sandwich Filet-o-Fish, dan susu kocok cokelat dari McDonalds saat kampanye.
"Yah, dia tidak pernah makan roti, yang merupakan bagian penting," kata Lewandowski kepada jurnalis CNN Alisyn Camerota.
"Dia sibuk berkampanye, kami tidak sempat duduk untuk makan."
Bahkan tanpa roti, makanannya mengandung sekitar 1.880 kalori dan satu ton gula.
Di luar cara makan presiden, para kritikus mengajukan pertanyaan lain tentang kesehatan mental dan fisiknya karena Trump (71) adalah pria tertua sebagai presiden AS pada tahun pertamanya.
Baru-baru ini, dia tampak tak sehat saat mengumumkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada awal bulan ini.
"Tenggorokan Presiden tengah kering, tidak lebih dari itu," kata Sanders mengungkapkan kondisi Donald Trump kala itu.
Advertisement