Liputan6.com, Damaskus - Israel, dengan menggunakan jet dan rudal, telah membombardir sejumlah pos militer di dekat Damaskus, Suriah pada Selasa, 9 Januari 2018, menurut klaim pasukan Presiden Suriah Bashar Al Assad.
Pasukan Al Assad mengatakan, jet tempur Israel -- yang diketahui terbang di atas Lebanon -- menembakkan misil ke sejumlah pos militer di Al Qutayfah dekat Damaskus. Demikian seperti dikutip dari Independent, Rabu (10/1/2018).
Lebih lanjut, Israel juga dilaporkan menembakkan rudal ground-to-ground dari wilayah pendudukan mereka di Dataran Tinggi Golan ke lokasi yang sama.
Advertisement
Sejumlah kelompok pemantau menyebut, serangan tersebut berhasil menimbulkan kerusakan pada sasaran yang dituju.
Baca Juga
Kendati demikian, pasukan Al Assad mengklaim berhasil menetralisir rangkaian serangan Israel. Mereka mengklaim berhasil menembak jet tempur dan meledakkan rudal Israel di langit sebelum menimbulkan kerusakan yang lebih parah.
Akan tetapi, pasukan Al Assad mengatakan bahwa jet Israel kembali menembakkan empat rudal dari wilayah udara kedaulatan mereka ke Al Qutayfah. Angkatan Udara pasukan Al Assad berhasil menembak jatuh satu rudal, namun sisanya berhasil menimbulkan kerusakan.
Gudang Senjata
Beberapa media oposisi di Suriah menyebut bahwa jet dan rudal Israel tersebut menargetkan sebuah depot senjata pasukan pro Presiden Bashar Al Assad.
Sementara itu, Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris menambahkan, depot tersebut milik bersama pasukan Al Assad dan kelompok militan Hezbollah (Hizbullah) dari Lebanon.
Syrian Observatory for Human Rights juga menyebut, serangan tersebut menyebabkan serangkaian ledakan, kebakaran, dan kerusakan material yang serius pada target.
Kendati demikian, tidak ada korban jiwa atas serangan tersebut. Namun, tak diketahui apakah ada korban luka akibat peristiwa itu.
Akan tetapi, seperti dikutip dari Independent, sulit untuk melakukan verifikasi yang akurat terkait peristiwa serangan Israel ke Damaskus, Suriah tersebut.
PM Israel Menolak Bicara
Sementara itu, seperti dikutip dari Independent, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak untuk mengonfirmasi juga membantah rangkaian serangan tersebut.
Namun, dalam kesempatan yang sama, Netanyahu menyatakan bahwa Israel ingin mencegah agar teritori Suriah tak digunakan sebagai jalur distribusi senjata oleh kelompok militan Hezbollah dari Lebabon.
"Kami memiliki kebijakan lama untuk mencegah distribusi senjata dari Suriah ke Hezbollah. Kebijakan itu tidak berubah dan kami akan terus melaksanakannya, dengan tindakan," kata Netanyahu.
Di sisi lain, pasukan Al Assad mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan bentuk 'agresi Israel' dan mengimbau agar Negeri Bintang David untuk siap 'menerima konsekuensi atas tindakan tersebut'.
Hezbollah, sepanjang Perang Saudara Suriah yang pecah sejak 2011 lalu, merupakan salah satu koalisi pendukung Presiden Bashar Al Assad. Kelompok militan itu ikut membantu langsung di medan pertempuran dan menyuplai senjata untuk pasukan Al Assad.
Advertisement