Liputan6.com, Jakarta - London pada Abad Pertengahan dianggap sebagai 'kota maksiat', dimana pencurian, pembunuhan, praktik suap, pasar gelap, dan prostitusi meraja lela.
Seperti dikutip dari situs History Extra, salah satu buktinya adalah laporan pengadilan kota terhadap John Rykener, pekerja seks komersial (PSK) yang beroperasi di Oxford dan London pada tahun 1380-an dan 1390-an.
Pria itu mengenakan pakaian wanita saat melayani sejumlah pelanggan, termasuk dari kalangan akademisi dan pemuka agama.
Advertisement
Ia juga menjelma menjadi laki-laki saat melayani para istri kesepian, bahkan biarawati.
Di tengah reputasi kelam sebagai kota maksiat pada masa lalu, London masih masuk kategori beruntung. Kota itu mampu bertahan melintasi zaman, dan tetap menjadi jantung Inggris.
Namun, sejumlah kota lain tak seberuntung London. Tempat-tempat itu binasa akibat amuk alam.
Berikut 3 'kota maksiat' yang hancur akibat amuk alam, seperti dikutip dari berbagai sumber:
1. Kota Sodom
Kisah Sodom dan Gomora tertulis dalam kitab suci. Alkisah, kota tersebut hancur dan binasa akibat hujan belerang dan api, yang menjadi ganjaran atas dosa-dosa dan kebejatan moral warganya.
Dikisahkan, Tuhan mengirimkan malaikat yang menyamar sebagai manusia, yang hanya mampu menemukan 10 orang baik di dua kota itu. Dan, azab pun dijatuhkan.
Meski demikian, lokasi persis di mana kota-kota tersebut berada masih misterius.
Pada 2015, para arkeolog yang mengekskavasi situs di Tall el Hammam di Yordania menemukan sebuah kota dari Zaman Perunggu yang ciri-cirinya cocok dengan gambaran Sodom.
Steven Collins, nama sang arkeolog, menemukan lokasi tersebut sejak tahun 2005. Ia dan timnya menemukan struktur yang diduga dulunya adalah istana, menara-menara, dan benteng pertahanan yang tangguh.
"Saya menyimpulkan, jika seseorang ingin menemukan Sodom, ia harus mencari tahu kota terbesar di Kikkar timur yang ada selama Zaman Perunggu Tengah, zaman Abraham dan Lot," kata dia seperti dikutip dari Sky News.
Situs Tall el Hammam ditemukan di sebelah selatan Lembah Yordania (Jordan Valley), 8 mil di timur laut Laut Mati. Sebuah gundukan besar mendominasi bentang alam di sana.
Kota dibagi menjadi dua, bagian bawah dan atas -- di mana kaum kaya dan elite tinggal.
Para peneliti menemukan bukti tembok pertahanan setinggi 10 meter dan tebalnya 5 meter, jaringan gerbang, menara dan plaza.
Benteng didirikan untuk melindungi warga kaya dari serangan.
Kehidupan di sana tersebut terhenti secara mendadak pada akhir Zaman Perunggu Tengah. Menurut para ilmuwan, kota tersebut kemudian terlantar dan ditinggalkan.
Advertisement
2. Pompeii
Kota Pompeii yang hancur akibat letusan Vesuvius pada tahun 79 Masehi.
Ironisnya, abu panas yang dimuntahkan gunung tersebut mengabadikan saat-saat terakhir apapun yang ada di kota kuno Romawi itu.
Ekskavasi yang diawali pada akhir Abad ke-16 menemukan jasad-jasad manusia yang berubah jadi 'batu'.
Pun dengan lanskap kota -- bangunan, simbol-simbol misterius, rumah-rumah mewah para bangsawan, roti yang masih tergeletak dalam oven, juga tempat pelacuran yang dipenuhi fresko erotis serta patung-patung mesum.
Temuan tersebut membuat Pompeii dijuluki 'kota maksiat'. Diperkirakan ada 35 rumah bordil di seantero Pompeii. Yang ditandai dengan lukisan dinding atau fresko erotis.
Para arkeolog harus berhati-hati untuk menentukan lokasi prostritusi dengan bangunan biasa. Sebab, phallus atau bentuk kelamin pria adalah dekorasi yang umum di kota kuno itu. Perlambang keberuntungan.
Simbol itu dilukis di mana pun. Di rumah, jalanan, juga pasar.
Seperti dikutip dari Daily Mail, suatu hari pada tahun 1819, Francesco Gennaro Giuseppe mengunjungi pameran di Museum Arkeologi Naples. Mengajak serta istri dan putrinya yang masih belia.
Wajah Sang Raja Dua Sisilia itu sontak memerah, malu juga terhina bukan kepalang menyaksikan artefak-artefak erotis yang terlampau eksplisit. Berupa lukisan dinding, relief, juga patung.
Ia pun langsung bersabda. Memerintahkan semua koleksi 'jorok' itu disingkirkan lalu ditempatkan ke sebuah ruangan rahasia yang tertutup rapat: Gabinetto Segreto.
3. Baia
Baia bak Las Vegas pada era Kekaisaran Romawi Kuno. Sama-sama dijuluki 'surga dunia'. Pada 2.000 tahun lalu, di sana lah kaum kaya dan berkuasa datang, untuk memuaskan nafsu duniawi mereka.
Orang-orang kaya Romawi menghabiskan akhir pekan mereka di kota itu. Tujuannya, untuk pesta pora. Mereka yang berkantong tebal dan punya kekuasaan membangun vila-vila mewah di area pantai, lengkap dengan spa dan kolam berlapis mozaik keramik yang berkilauan, demi memanjatkan hasrat terliar.
Salah satu warga berduit bahkan memerintahkan pembangunan nymphaeum, monumen dari batu, yang bentuknya mirip gua, dipenuhi patung-patung marmer, yang didedikasikan untuk 'kenikmatan duniawi'.
Kota hiburan yang berjarak 30 kilometer dari Naples itu menjadi magnet untuk para penyair, jenderal, siapapun.
Orator besar era Romawi Kuno, Cicero menyusun pidatonya di rumah peristirahatannya di dekat teluk. Sementara penyair Virgil dan naturalis Pliny punya rumah yang letaknya tak jauh dari pemandian umum yang konon bisa bikin awet muda.
Riwayat Baia juga diwarnai drama politik. "Ada banyak cerita intrik yang dikaitkan dengan Baia," kata John Smout, seorang peneliti yang menyelidiki situs kota kuno tersebut, seperti dikutip dari BBC.
Rumor menyebut, Cleopatra melarikan diri dari Baia setelah Julius Caesar tewas terbunuh pada tahun 44 Sebelum Masehi.
Sementara, Julia Agrippina merencanakan plot pembunuhan suaminya sendiri, Claudius di Baia. Tujuannya, agar putranya, Nero bisa menjadi Kaisar Romawi.
Air dengan kandungan mineral dan iklim hangat menarik perhatian masyarakat Romawi Kuno untuk mengunjungi Baia sejak pertengahan Abad ke-2 Sebelum Masehi. Saat itu, kota ini disebut sebagai Daratan Phlegraean (berapi) karena rekahan kawah gunung berapi yang banyak ditemui di sana.
Entah karena kutukan atau peristiwa alami. Secara ilmu pengetahuan, kawasan kota kuno ini telah melalui banyak perubahan selama brabad-abad, melewati berbagai peristiwa vulkanik, permukaannya beberapa kali naik turun akibat panas bumi dan gerak seismik, membuat sebagian besar wilayahnya terkubur di bawah laut hingga kini.
Advertisement