Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah berulang kali menyatakan berbagai retorika agresif, ancaman, dan kalimat berkonotasi negatif seputar Korea Utara.
Ia pernah, pada tahun lalu, menyebut pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dengan sebutan 'Little Rocket Man', 'Maniak', serta menyebut rezim yang dipimpin Kim sebagai 'sekelompok kriminal'.
Ancaman pun turut rutin diutarakan oleh Trump. Semisal, ia pernah mengancam akan menghancurkan Korut dengan 'api dan amarah', sebagai bentuk respons atas uji coba misil yang dilakukan oleh The Rogue State itu.
Advertisement
Namun, baru-baru ini, Trump mengutarakan pernyataan yang tak biasa seputar Korea Utara.
"Saya mungkin memiliki hubungan baik dengan Kim Jong-un," kata Trump saat diwawancarai oleh surat kabar AS The Wall Street Journal, seperti dikutip dari Time (12/1/2018).
Baca Juga
"Saya punya hubungan baik dengan semua orang. Saya pikir kalian (akan) sangat terkejut," sambungnya.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden ke-45 AS itu juga mengatakan bahwa dirinya mungkin akan membuka kesempatan untuk melakukan pertemuan diplomatik dengan Korea Utara.
Kendati demikian, ketika ditanya apakah dirinya telah menjalin komunikasi dengan Korea Utara, Trump mengatakan kepada The WSJ, "Saya tak ingin mengomentari hal tersebut. Saya tak mengatakan 'saya pernah atau tidak pernah'. Hanya saja, saya tak mau mengomentari hal tersebut."
Meski begitu, komentar positif seputar Korut semacam itu bukanlah hal baru yang diutarakan oleh Donald Trump.
Pada November 2017, saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Vietnam -- sebagai bagian dari tur Asia-Pasifik -- Trump pernah mengatakan bahwa 'berteman dengan Kim Jong-un adalah sesuatu yang aneh, tapi bisa saja terjadi'.
Sementara itu, ketika ditanya oleh The WSJ seputar aksi saling balas retorika agresif dengan Kim Jong-un, Trump secara implisit menyatakan bahwa hal itu merupakan bagian dari 'strategi'-nya dalam menanggapi isu Korea Utara.
Usai Dialog Korut-Korsel
Komentar Donald Trump itu muncul beberapa hari setelah dialog yang dilakukan oleh Korea Utara dan Korea Selatan demi mempersiapkan gelaran Olimpiaden Musim Dingin di PyeongChang Maret 2018.
Dialog itu menghasilkan beberapa kesepakatan, salah satunya, keharusan AS dan Korsel untuk menunda seluruh latihan militer di kawasan Semenanjung Korea hingga gelaran Olimpiade selesai.
Ketika ditanya oleh The Wall Street Journal seputar hasil dialog itu, Trump mengatakan bahwa langkah tersebut, "Memberikan pesan yang baik untuk Korea Utara."
Usai dialog itu, Donald Trump juga mengatakan bahwa 'Amerika Serikat bersedia untuk berbicara dengan Pyongyang, dalam kondisi yang tepat'.
Trump: Saya Orang yang Sangat Fleksibel
Sepanjang sepak terjang-nya di dunia politik, Donald Trump kerap kali berganti haluan dalam memandang atau menyikapi figur-figur di sekitarnya, baik rekan atau rival.
Misalnya pada Pilpres 2016 lalu. Saat proses pengusungan bakal calon presiden dari kubu Partai Republik (Republican Presidential Primary), Trump pernah melontarkan retorika agresif kepada kedua rivalnya, Ben Carson dan Rick Perry.
Kini, Carson dan Perry sama-sama duduk di kabinet Trump.
Ia juga menggambarkan hubungannya dengan Senator AS Perwakilan Texas dari Partai Republik, Ted Cruz sebagai sirkulasi 'suka - tidak suka - suka'.
Ketika The WSJ menanyakan apakah pergantian haluan semacam itu akan turut dilakukan oleh Trump terhadap Kim Jong-un, sang presiden AS hanya merespons dengan jawaban yang implisit.
"Kalian akan banyak melihat itu pada saya," kata Trump.
Ia melanjutkan, "Dan tiba-tiba, beberapa orang menjadi sahabat saya ... Saya orang yang sangat fleksibel."
Advertisement