Liputan6.com, Naypyidaw - Pemerintah Jepang akan memberi bantuan senilai US$ 3 juta untuk membantu proses pemulangan kembali (repatriasi) pengungsi Rohingya ke kampung halaman mereka di Rakhine, Myanmar.
Rencana itu disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono saat bertemu dengan pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi di Naypyidaw, Jumat, 12 Januari 2018.
Advertisement
Baca Juga
Dalam pertemuan itu, Kono juga mendesak Suu Kyi untuk menjamin keselamatan proses repatriasi, membuka akses bantuan humanitarian, pengembalian pengungsi hingga kembali ke rumah masing-masing, serta mengimplementasikan rekomendasi mantan Sekjen PBB Kofi Annan. Demikian seperti dikutip dari Deutsche Welle (13/1/2018).
"Kami telah memutuskan untuk memberikan bantuan tersebut sebagai dukungan agar pemulangan dapat dilakukan segera," papar keterangan pers dari Kemlu Jepang, mewakili Kono.
"Uang itu akan dibayarkan sesuai dengan keberprosesan repatriasi," tambah keterangan itu.
Myanmar dan Bangladesh menandatangani sebuah kesepakatan repatriasi pengungsi Rohingya--yang banyak berada di Cox Bazaar, Bangladesh--pada 23 November 2017.
Myanmar mengatakan akan memulai proses repatriasi Rohingya pada 23 Januari 2018. Namun, detail tentang proses pemulangan itu masih belum jelas.
Bantuan Kesejahteraan untuk Etnis Rohingya
Menlu Taro Kono juga mengatakan bahwa Jepang turut berencana memberikan uang tambahan senilai US$ 20 juta kepada Myanmar. Uang itu akan digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi kemanusiaan di Rakhine.
"Hibah tersebut untuk memberikan bantuan kemanusiaan untuk membangun kembali kondisi kehidupan etnis Rohingya, termasuk penyediaan generator listrik, pemurni air, dan bahan bakar di lokasi repatriasi mereka," papar keterangan pers dari Kemlu Jepang, mewakili Kono.
Pada Desember 2017, India juga mengatakan akan memberikan uang kepada Myanmar senilai US$ 25 juta untuk proyek pembangunan rumah di Rakhine, sebagai persiapan repatriasi pengungsi Rohingya dari Bangladesh
Gelombang Baru
Konflik bersenjata yang pecah antara militan Rohingya (ARSA) dengan aparat keamanan Myanmar di Rakhine pada Agustus 2017 lalu menyulut gelombang baru krisis pengungsi Rohingya.
Tindakan keras militer Myanmar dalam merespons militan ARSA telah mendorong sekitar 650.000 etnis Rohingya melakukan eksodus massal untuk mengungsi keluar dari Rakhine. Sebagian besar melarikan diri ke Cox Bazaar, Bangladesh yang berbagi perbatasan dengan Rakhine.
Advertisement