Sukses

WNI Tewas di Perth, Pemulangan Jenazah Terhambat Biaya

WNI di Perth meninggal dunia setelah dirawat 8 hari usai kecelakaan tunggal. Namun, pemulangan jenazah ke Tanah Air terkendala biaya.

Liputan6.com, Perth - Seorang WNI bernama Agus Purwako meninggal dunia di Perth pada Selasa 9 Januari 2018 lalu. Ia menghembuskan nafas di salah satu rumah sakit di ibu kota Australia Barat itu setelah dirawat selama 8 hari usai kecelakaan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh ABC dari akun Facebook LSM ‘The Rock’, lembaga non-profit yang didirikan komunitas Indonesia di Sydney, Agus mengalami kecelakaan pada tanggal 2 Januari 2018 pagi dini hari saat ia hendak pergi ke perkebunan tempat ia bekerja. Ia mengalami kecelakaan tunggal saat mengendarai mobil.

Didi Setyawan, salah satu pengurus ‘The Rock’ cabang Indonesia, mengatakan, pihaknya dihubungi kerabat Agus di Australia pada hari Jumat untuk meminta bantuan dalam memulangkan jenazah ke Banyuwangi yang membutuhkan biaya sebesar 8.000 dolar Australia (atau setara Rp 80 juta).

Permintaan bantuan itu akhirnya diunggah Didi ke akun Facebook-nya dalam bentuk penggalangan dana daring, dengan harapan mampu menarik simpati warga Indonesia yang membacanya.

Dikutip Australia Plus pada Minggu (14/1/2018), menurut penuturan Didi, pihak kerabat Agus di Australia telah menghubungi Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Perth.

"Yang saya dengar pihak kerabat sudah menghubungi KJRI namun sepertinya mereka hanya bisa membantu urusan administrasi, bukan dana untuk memulangkan almarhum," katanya kepada ABC saat dihubungi via telepon.

"Dari info yang saya dengar, almarhum tidak memiliki asuransi, karena itu terhambat urusan pemulangan jenazah," ucap Didi terkait kematian WNI di Australia itu.

2 dari 2 halaman

Jadi Buruh di Perkebunan

ABC berhasil menghubungi istri almarhum, yakni Amin, yang tinggal di Dusun Toyamas, Desa Wringinrejo, Banyuwangi. Ia mengatakan, dirinya dan keluarga pertama kali mendengar kecelakaan yang dialami almarhum pada 2 Januari sore waktu Indonesia.

Sang istri membenarkan saat ini pihak keluarga beserta teman-teman Agus di Australia masih berupaya memulangkan jenazah.

Amin lalu menceritakan ihwal kedatangan Agus ke Australia, untuk jadi buruh di sebuah perkebunan. 

"Bapak baru setahun kerja di Australia, di perkebunan. Di sana, tinggal sama teman-temannya. Bapak memang diajak untuk kerja di Australia."

Ketika ditanya tentang profesi Agus sebelum hijrah ke Australia, Amin menjawab "Bapak cuma petani biasa."

Kepada ABC, ia lalu menceritakan betapa ia dan keluarga bersusah payah untuk membiayai keberangkatan Agus ke Australia.

"Uang untuk berangkat dari hasil pinjam sana-sini. Kira-kira waktu itu butuh sampai Rp 100 juta," ujar Amin.

Sebelum meninggal, menurut pengakuan sang istri, almarhum rutin mengirim uang ke keluarga di Banyuwangi.

"Kadang-kadang 15 juta, atau 12 juta, 10 juta juga pernah, tergantung kondisi di sana. Kan biaya hidup di sana mahal," ujarnya kepada ABC.

Almarhum Agus Purwako meninggalkan seorang istri dan dua anak. Hingga berita ini dimuat, ABC belum mendapat pernyataan resmi dari pihak KJRI Perth.

Video Terkini