Liputan6.com, Sucre - Tepat pada hari ini, 35 tahun silam, Kepala Gestapo Nazi Lyons, Prancis, Nikolaus Barbie atau lebih dikenal dengan Klaus Barbie ditangkap di Bolivia. Ia diciduk atas kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukannya empat dekade sebelumnya.
Seperti dikutip dari history.com, sebagai kepala polisi rahasia Nazi di Prancis, Barbie menyebabkan kematian ribuan kaum Yahudi Prancis serta anggota French Resistance (Pemberontak Prancis yang melawan pendudukan Jerman di Prancis) di kamp konsentrasi. Setelah pembebasan Prancis oleh Sekutu, Barbie melarikan diri ke Jerman.
Di Jerman, ia dikabarkan bergabung dengan mantan pejabat Nazi lainnya untuk membentuk sebuah organisasi antikomunis bawah tanah. Pada 1947, badan intelijen Amerika Serikat yang saat itu bernama Counterintelligence Corps (CIC) membubarkan organisasi tersebut dan menangkap anggota seniornya.
Advertisement
Sementara itu, Barbie yang masih menghirup udara bebas suatu hari ditawarkan uang dan perlindungan oleh CIC dengan imbalan kerja sama dalam melawan upaya spionase Uni Soviet.
Pria yang lahir pada 25 Oktober 1913 itu pun bekerja sebagai agen AS di Jerman selama dua tahun.
Pada 1949, Barbie diselundupkan ke Bolivia di mana ia memakai nama samaran Klaus Altmann. Di negara yang terletak di Amerika Selatan itu, ia terus melanjutkan pekerjaannya sebagai agen AS.
Barbie tidak hanya pernah melayani AS, ia juga sempat bekerja untuk rezim militer Bolivia, Hugo "El Petiso" Banzer. Sosok satu ini mulai berkuasa di Bolivia pada 1971 dan dikenal sebagai salah satu pemimpin paling kejam.
Oleh Banzer, Barbie dibayar untuk menyiksa dan menginterogasi lawan politiknya. Tak disebutkan jumlah pasti korban darah dingin Barbie di Bolivia. Pada masa inilah, pemburu Nazi, Serge Klarsfeld dan Beatte Kunzel mengetahui keberadaan Barbie.
Pemburu Nazi atau Nazi hunter adalah sebutan bagi mereka yang melacak dan mengumpulkan informasi tentang dugaan mantan anggota Nazi, anggota SS dan kolaborator Nazi yang terlibat dalam Holocaust.
Informasi tersebut kelak digunakan dalam persidangan atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Menolak Ekstradisi
Meski misteri keberadaan Barbie terkuak, namun Banzer menolak mengekstradisi sang jagal ke Prancis. Periode pertama pemerintahan Banzer berakhir pada 1978 dan pada awal 1980-an, sebuah rezim liberal mulai berkuasa di Bolivia.
Rezim tersebut setuju untuk mengekstradisi Barbie dan sebagai imbalannya Prancis harus memberikan bantuan pada negara miskin tersebut. Januari 1983, Barbie ditangkap. Ia diterbangkan ke Prancis dan tiba di negara itu pada 7 Februari.
Persidangan atas Barbie sempat tertunda selama empat tahun. Hingga pada 11 Mei 1987, "Jagal dari Lyons" itu akhirnya diadili atas 177 kasus kejahatan terhadap kemanusiaan. Ketuk palu hakim pada 4 Juli 1987 menyatakan, Barbie terbukti bersalah atas seluruh tuduhan yang diarahkan padanya.
Atas kejahatannya, Klaus Barbie dijatuhi hukuman penjara seumur hidup -- hukuman terberat di Prancis. Barbie meninggal di penjara pada 25 September 1991 akibat kanker.
Peristiwa lainnya yang terjadi pada 19 Januari tepatnya tahun 1997 adalah kembalinya Yasser Arafat ke Hebron setelah lebih dari 30 tahun ia hidup berpindah-pindah. Di Hebron ia turut bergabung dengan puluhan ribu warga Palestina dalam perayaan penyerahan kembali kota Tepi Barat dari tangan Israel.
Adapun di India, pada 19 Januari 1966, Indira Gandhi dilantik sebagai Perdana Menteri ke-3. Indira mengawali karier politiknya sebagai asisten pribadi sang ayah, Jawaharlal Nehru.
Advertisement