Liputan6.com, Tokyo - Di tengah tensi tinggi seputar ancaman rudal dan nuklir Korea Utara, masyarakat dan pemerintah Tokyo, Jepang melakukan latihan evakuasi dan keselamatan warga sipil pada Senin, 22 Januari 2018 pagi waktu setempat.
Dalam latihan yang mengambil skenario serangan rudal Korea Utara, tampak sejumlah kerumunan warga Tokyo berdesak-desakan ke sebuah basement taman hiburan atau stasiun kereta api bawah tanah, untuk menyelamatkan diri dari skenario dampak ledakan di permukaan.
Adapun sekerumunan lainnya tampak merunduk menutupi kepala dan berlindung di sebuah pusat komunitas. Demikian seperti dilansir ABC News, Senin (22/1/2018).
Advertisement
Baca Juga
Pengeras suara yang mengumandangkan notifikasi alarm bahaya massal juga terdengar riuh di sejumlah titik di Tokyo.
Dari pengeras suara itu, turut terdengar seruan yang mengharuskan warga untuk tetap di dalam rumah atau pergi ke ruang bawah tanah sepanjang skenario ancaman rudal Korea Utara itu berlangsung.
"Sebuah imbauan, sebuah rudal baru saja diluncurkan. Semua orang silakan tetap tenang dan mencari perlindungan di ruang bawah tanah. Mereka yang sudah di dalam rumah, tetap di dalam," suara notifikasi alarm bahaya terdengar di Taman Hiburan Tokyo Dome -- salah satu lokasi yang menggelar latihan.
Seorang petugas keamanan taman hiburan juga tampak terlihat berlari melintasi kompleks sambil meneriakkan imbauan, "Sebuah rudal diluncurkan."
Ketika skenario ancaman rudal itu berlangsung, operator taman hiburan pun segera menghentikan wahana permainan.
Para pengunjung serta sejumlah karyawan Tokyo Dome lantas berpartisipasi dalam proses evakuasi dan menyelamatkan diri ke rumah atau pergi ke ruang bawah tanah agar mampu terhindar dari dampak skenario ancaman rudal Korea Utara.
Dinilai Hanya Menakut-nakuti
Lebih dari 20 latihan evakuasi dan penyelamatan warga sipil telah dilakukan di sekitar Jepang sepanjang tahun 2017 lalu. Namun, gelaran yang dilakukan pada Senin, 22 Januari 2018 ini merupakan yang pertama dilaksanakan di ibu kota Negeri Sakura.
Latihan itu juga digelar sepekan setelah penyiar publik Jepang NHK mengeluarkan peringatan yang keliru tentang rudal Korea Utara yang terbang mengarah ke Negeri Matahari Terbit.
Serta digelar beberapa pekan usai insiden notifikasi alarm misil palsu di Hawaii.
Merespons gelaran pada Senin, 22 Januari 2018, aktivis pasifis dan pro-damai di Jepang menggelar aksi protes di sekitar masing-masing tempat yang melaksanakan dalam latihan tersebut.
"Saya pikir latihan rudal ini hanya menakut-nakuti orang-orang Jepang dan menebalkan permusuhan terhadap Korea Utara," kata Mari Chihara, seorang perawat berusia 68 tahun.
"Saya ragu apakah sebuah rudal benar-benar akan diluncurkan ke Jepang, dan latihan seperti ini efektif bila ada serangan rudal yang sesungguhnya."
"Jika Jepang benar-benar mencari perdamaian, pemerintah harus melakukan upaya diplomatik lebih banyak daripada memberi tahu kita untuk bersiap menghadapi serangan," ia menambahkan.
Advertisement
Ini Waktu yang Dimiliki Jepang untuk Berlindung dari Nuklir Korut
Hanya 10 Menit!
Pemerintah Jepang mengakui bahwa jika negaranya diserang nuklir oleh Korea Utara, warga Negeri Sakura hanya punya waktu selama 10 menit untuk bersiaga dan menyelamatkan diri.
Hanya setara 600 detik pula waktu yang dimiliki pemerintah untuk mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan evakuasi dari kedatangan misil nuklir Kim Jong-un yang akan menghantam Jepang.
Informasi itu muncul ke permukaan publik setelah sebuah situs elektronik yang dikelola Cabinet Secretariat (Sekretariat Kabinet Jepang) mengalami lonjakan pengunjung hingga 2,6 juta sepanjang April 2017. Lonjakan itu disebabkan oleh konten situs tersebut yang sempat memuat topik tentang perlindungan sipil. Tak dinyana, konten itu banyak menarik perhatian masyarakat Nippon.
"Sebuah misil nuklir yang diluncurkan baru dapat terdeteksi beberapa menit setelah peluncuran...Alarm peringatan baru bisa memberikan imbauan darurat sekitar 4 hingga 5 menit sebelum menyentuh target," kata Wali Kota Osaka Hirofumi Yoshimura seperti yang dikutip oleh Time, Selasa 25 April 2017.
Jika terjadi serangan, pemerintah Jepang melalui Sekretariat Kabinetnya mengimbau warga untuk berlindung di bunker bawah tanah atau bangunan beton yang kokoh. Jika tidak memiliki atau tidak mampu mencapai bangunan tersebut, warga dianjurkan untuk merunduk di bawah meja atau tiarap di lantai. Siswa di Osaka disarankan berlindung di bawah meja jika misil nuklir menimpa bangunan sekolah mereka.
Kekhawatiran Negeri Matahari Terbit menjadi target rudal nuklir Pyongyang dinilai masuk akal. Jepang diketahui menampung sejumlah aset militer milik Amerika Serikat, yang saat ini menjadi seteru Kim Jong-un. Sekitar 54.000 pasukan dan sejumlah alutsista Negeri Paman Sam berada di Negeri Sakura.
Saat ini, tensi di negara sekitar Semenanjung Korea sedang berada pada kondisi yang cukup tegang. Pernyataan saling balas serangan misil kerap dilontarkan sejumlah tokoh petinggi negara yang terlibat pada "perang dingin" Korea Utara versus sejumlah negara koalisi Amerika Serikat.