Liputan6.com, Kasur - Kepolisian Pakistan berhasil menangkap pelaku pembunuhan dan pemerkosa terhadap Zainab Ansari, seorang bocah cilik berusia tujuh tahun yang kematiannya memicu demonstrasi besar-besaran.
Dilansir dari laman CNN pada Rabu (24/1/2018), otoritas keamanan di Kota Kasur di timur Provinsi Punjab, mengumumkan penahanan seorang pria berusia 24 tahun bernama Imran, yang diduga kuat sebagai pembunuh Zainab.
Advertisement
Baca Juga
"Seluruh masyarakat negeri ini terus berdoa agar pembunuh Zainab Ansari tertangkap, dan kini hal itu terwujud," kata Menteri Wilayah Punjab, Shehbaz Sharif, pada sebuah konferensi pers di kota Lahore, Selasa, 23 Januari 2018.
Sharif mengatakan bahwa DNA Imran cocok dengan bukti yang ditemukan di tubuh Zainab Ansari, ketika ditemukan dibuang di tempat sampah yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya. Dibutuhkan pencocokan pada lebih dari 1.100 bukti DNA, sebelum akhirnya berhasil meringkus Imran.
Sebelum penangkapan tersebut, pihak berwenang Pakistan telah mengumumkan dugaan usia pelaku pembunuhan berada di rentang 23 hingga 35 tahun. Mereka juga melakukan pencocokan bukti DNA kepada sebagian besar pria usia terkait di kota Kasur.
Sharif juga mengatakan bahwa tersangka turut bertanggung jawab dalam tujuh kasus pelecehan seksual lainnya yang terjadi di kota Kasur. Namun, ia belum menyebut pasti berapa jumlah korban meninggal selain Zainab. Namun media massa setempat meyakini korban yang dibunuh oleh Imran setidaknya berjumlah empat orang.
Zainab Ansari dilaporkan hilang pada awal Januari lalu di distrik Paksitani di timur laut kota Kasur, ketika pulang dari sekolah mengaji.
Saat ditemukan tewas, otopsi menyebut Zainab telah lebih dulu dicekik dan mengalami kekerasan seksual, jelas Dr. Quratulain Atique kepada laman CNN.
"Luka di wajah dan beberapa bagian lidah dan gigi yang rusak menunjukkan bahwa ia mengalami penyiksaan," ujar Atique.
Masih Banyak Kasus Pembunuhan Anak yang Belum Terungkap
Mahasiswa Pakistan menyalakan lilin selama aksi demonstrasi mengutuk kasus pembunuhan dan pemerkosaa terhadap Zainab Ansari.
Sejak kasus itu mengemuka, masyarakat Pakistan hidup dalam ketakutan dan menuduh polisi tidak berupaya keras menangani krisis terkait. Kemarahan karena lambannya tanggapan polisi dan pihak berwenang memicu terjadinya demonstrasi besar-besaran, dan bahkan berujung pada kekerasan berdarah.
Sebelumnya, Menteri Wilayah Punjab, Shehbaz Sharif, menanggapi kasus pembunuhan Zianab dengan menawarkan imbalan sebesar 10 juta rupee bagi siapa saja yang berhasil membantu mengidentifikasi pelaku.
Sharif juga menyebut bahwa situasi yang memburuk pasca-terungkapnya kasus terkait telah dimanfaatkan untuk mempolitisasi isu. Ia juga menyayangkan lambatnya aksi tanggap polisi dalam proses pengusutan hingga tuntas.
"Saya akan membentuk sebuah komite hukum untuk membantu keluarga-keluarga korban lainnya dalam meraih keadilan, dan saya harap kasus pembunuhan ini merupakan yang terakhir," ujar Sharif.
Ayah kandung Zainab, Muhammad Amin Ansari, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu upaya penangkapan pelaku pembunuhan putrinya. Saat pembunuhan terjadi, Amin tengah berada di tanah suci Mekkah untuk melakukan ibadah umrah.
"Saya tiba di Pakistan disambut dengan kabar duka, dan merasa bersalah karena tidak bisa melindunginya. Namun, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas dukungan dan bantuan untuk menemukan keadilan bagian Zainab," katanya dalam konferensi pers yang sama.
Kota Kasur sendiri belakang dikenal sebagai daerah rawan pelecehan seksual terhadap anak. Sebanyak 25 orang dituduh memeras sejumlah anak untuk membuat video seks selama tahun 2009 hingga 2014 lalu. Kasus tersebut baru terungkap pada 2015, dan hanya sebagian pelaku yang berhasil ditangkap.
Advertisement