Sukses

Nasib Bayi Keluarga Muslim dan Hindu yang Tertukar...

Dua bayi di India tertukar, yang satu diasuh oleh keluarga muslim, sedangkan satu lagi dirawat oleh keluarga Hindu. Bagaimana kisahnya?

Liputan6.com, New Delhi - Dua keluarga berbeda keyakinan di India mengalami kisah mengharukan. Bayi mereka tertukar setelah dua ibu tersebut melahirkan tiga tahun lalu. 

Pada hari ini, Rabu, 24 Januari 2018, keluarga Hindu dan muslim tersebut sepakat untuk mengembalikan anak kandung mereka.

Hakim di negara bagian Assam, India timur, pun diberi tahu niat baik kedua orang tua itu. Di pengadilan, suasana haru menyelimuti jalannya pertukaran kedua balita.

Akan tetapi, betapa terkejutnya sang orang tua saat tahu anak-anaknya kompak, enggan meninggalkan orang tua yang telah merawat mereka.

"Hakim mengatakan, kami bisa saja menukar bayi kami tanpa melalui proses pengadilan, tapi kami tak melakukannya, karena kami telah merawat dan membesarkan mereka selama tiga tahun lebih, kami tidak dapat membiarkan mereka pergi," ucap salah seorang ibu, dilansir The Independent, Rabu.

Kedua bayi itu menangis di pangkuan ibu "palsu" mereka, memeluknya erat, melingkarkan tangan mungil mereka di leher ibunda dan tak mau ditukar.

Kedua pasangan mengatakan kepada BBC bahwa mereka tidak percaya bayi laki-laki mereka bersikap seperti itu. Di luar dugaan.

Akhirnya, kesepakatan baru dicapai. Dua keluarga ini akan menunggu sampai anak mereka beranjak dewasa, sehingga mereka bisa memutuskan sendiri: apakah akan tetap tinggal dengan orangtua angkat atau kembali ke orang tua biologis.

Kedua keluarga juga akan terus menjalin komunikasi intensif agar bisa memantau perkembangan anak masing-masing.

Lalu, bagaimana sebenarnya kisah ini terjadi?

2 dari 2 halaman

Kisah Tertukarnya Dua Bayi dan Naluri Seorang Ibu

Kisah ini benar-benar terjadi di India, tepatnya di negara bagian Assam, Maret 2015.

Keluarga dari Shahabuddin Ahmed menerima hasil tes yang menunjukkan tidak ada kecocokan genetik antara istrinya, Salma Parbin, dan anak laki-lakinya, Jonait.

Parbin meragukan bahwa Jonait adalah anak yang dilahirkannya. Hal itu dirasakannya saat pertama kali menatap Jonait, tak lama setelah proses persalinan di Rumah Sakit Umum Mangaldai.

"Ketika saya melihat wajahnya, saya memiliki keraguan, saya ingat wajah wanita lain di ruang bersalin sebelah dan dia (Jonait) mirip dengannya. Saya bisa melihat dari matanya. Matanya kecil dan tidak ada seorang pun di keluarga saya yang memiliki mata kecil," kenang Parbin.

Ketika suaminya, Ahmed, menyampaikan kepada pihak rumah sakit tentang kecurigaan istrinya, Ahmed mengatakan perawat menolak untuk melayani keluhannya dan menyarankan agar istrinya pergi ke psikiatri.

Kesal atas perlakuan rumah sakit, Ahmed mengajukan petisi demi mendapatkan informasi valid. Ia meminta rumah sakit untuk memberikan rincian semua bayi yang lahir sekitar pukul 7 pagi, pada hari yang sama ketika Jonait lahir.

Setelah menerima rincian dari tujuh orang ibu, dia mengatakan seorang wanita asing tiba-tiba muncul, beberapa hari setelah petisi diajukan. Wanita tersebut tak ada dalam daftar tujuh ibu tadi.

Wanita itu mengaku telah melahirkan seorang anak laki-laki hanya lima menit setelah Parbin melahirkan, dan kedua bayi mereka sama-sama memiliki berat badan 6,6 pon atau sekitar 3 kilogram.

Kemudian, diketahui nama wanita tersebut adalah Anil, sedangkan suaminya bernama Shewali Boro. Mereka berasal dari keluarga Hindu, sedangkan Ahmed dan Parbin dari keluarga muslim.

Ahmed, Parbin, dan Jonait langsung pergi menemui Boro dan Anil, tentunya ingin melihat dan menukar anak kandung mereka yang telah diberi nama Riyan Chandra.

Rumah Boro dan Anil terletak di sebuah desa yang berjarak 19 mil dari rumah Ahmed.

Boro mengatakan kepada BBC, saat pertama kali melihat Jonait, dia merasa sangat sedih sehingga ia tak kuasa menitikkan air mata.

Ia langsung menyadari kemiripannya dan Jonait. Begitu pula sebaliknya, saat Ahmed memandang Riyan.

"Kami berasal dari keturunan suku Bodo, kami tidak seperti orang Assam atau muslim di India. Mata kami sipit, pipi dan tangan kami gemuk. Kita (Ahmed dan Boro) berbeda. Keluargaku punya darah Mongolia," ujar Boro.

Parbin menginginkan agar pertukaran segera dilakukan agar masing-masing pasangan mendapat anak kandung mereka kembali.