Liputan6.com, Naypyidaw - Myanmar telah mendirikan sejumlah konstruksi bangunan di wilayahnya yang berbatasan dengan Bangladesh, sebuah petunjuk yang mengisyaratkan negara itu siap menerima kepulangan para Muslim Rohingya yang selama ini mengungsi ke Bangladesh.
Meski demikian, hingga Rabu, 24 Januari 2018, belum ada petunjuk kepulangan -- yang direncanakan bertahap -- hampir 700 ribu Rohingya. Demikian seperti dikutip dari VOA News (25/1/2018).
Advertisement
Baca Juga
Myanmar bahkan mengundang wartawan dari Associated Press dan sejumlah media lain ke perbatasan itu untuk menunjukkan persiapan mereka.
Namun di sisi lain, Bangladesh menyatakan, masih perlu lebih banyak waktu untuk menyiapkan pemulangan para pengungsi tersebut.
Sementara itu, para pengungsi Rohingya umumnya ragu, dan bahkan khawatir, mengenai rencana kepulangan mereka ke kampung halaman setelah menyaksikan sendiri rumah mereka dibakar; istri, saudara perempuan dan ibu mereka diperkosa, serta kerabat dan tetangga mereka dibantai.
Sejumlah pengungsi mengatakan, mereka tidak melihat adanya persiapan besar dari pihak Myanmar untuk menyambut kepulangan mereka ke negara bagian Rakhine dengan aman dan selamat. Organisasi Nasional Arakan Rohingya menyatakan, para pengungsi tidak akan pulang kecuali pemerintah Myanmar telah memenuhi janji mereka.
Myanmar dan Bangladesh telah menyepakati proses repratiasi Rohingya yang akan berlangsung selama dua tahun dan dimulai Selasa 23 Januari 2018. Namun para pejabat di Bangladesh mengatakan sejumlah masalah masih belum terpecahkan.
Mempertanyakan Kesiapan Myanmar
Hari ini, seharusnya proses pemulangan lebih dari setengah juta pengungsi (repatriasi) Rohingya di Bangladesh ke Rakhine, Myanmar telah dimulai.
Namun, beberapa jam sebelum dimulai, pemerintah Bangladesh memutuskan untuk menunda proses repatriasi itu. Demikian seperti dikutip dari ABC Australia 23 Januari 2018.
"Masih ada beberapa hal yang harus dilakukan," kata Abul Kalam, Komisioner Rehabilitasi dan Bantuan Pengungsi Bangladesh, lembaga pemerintah yang menangani etnis Rohingya yang eksodus ke Bangladesh.
Masalah ketidaksiapan logistik diklaim oleh Bangladesh sebagai alasan utama di balik penundaan itu.
"Daftar nama pengungsi yang akan direpatriasi masih belum siap. Verifikasi data dan kamp transit untuk proses repatriasi juga belum," tambah Kalam mengomentari penundaan pemulangan pengungsi Rohingya.
Advertisement