Liputan6.com, Albay - Hujan deras yang terjadi dalam beberapa jam terakhir di kawasan Gunung Berapi Mayon membuat otoritas Filipina mengimbau para pengungsi akan adanya potensi banjir, tanah longsor, plus aliran lahar pada Sabtu 27 Januari 2018 waktu setempat.
Di samping intensitas tinggi dari aktivitas vulkanis Gunung Mayon, tiga ancaman itu kian menambah banyak daftar bencana alam yang harus dihadapi oleh hampir ratusan ribu pengungsi yang terdampak di Provinsi Albay. Demikian seperti dikutip dari ABC Australia (28/1/2018).
Advertisement
Baca Juga
Harus Relokasi
Bahkan, tercatat pada Minggu 28 Januari, sejumlah kamp pengungsian terpaksa harus berpindah tempat ke lokasi yang lebih aman, setelah banjir setinggi pergelangan kaki orang dewasa menerjang kawasan. Banjir juga diketahui bercampur dengan material vulkanis dari Gunung Mayon, seperti abu dan lahar.
Bercermin dari peristiwa itu, otoritas setempat telah mengimbau kamp pengungsian lain untuk bersiap akan hal serupa.
Lembaga vulkanologi pemerintah, The Philippine Institute of Volcanology and Seismology (Phivolcs), turut mengimbau bahwa serpihan batuan, tanah, dan lumpur yang berasal dari Gunung Mayon berpotensi mengubur sejumlah desa di sekitarnya.
"Itu merupakan ancaman nyata, jadi kami mendesak setiap orang untuk bersiap mengungsi dan relokasi saat diberitahu oleh pihak berwenang," kata Mariton Bornas, petugas Phivolcs.
"(Bencana itu) merupakan kombinasi yang berbahaya bagi masyarakat," tambahnya.
Bornas juga mnegatakan bahwa aliran lahar Gunung Mayon bisa membawa batu besar yang mampu menggulung dan mengubur, tak hanya manusia, tetapi juga rumah-rumah desa yang terletak di dekat lereng, hanya dalam hitungan menit.
Gunung Mayon Sembur Lava Lagi
Gunung Mayon di Provinsi Albay, Filipina, kembali menyemburkan lava pada Jumat, 26 Januari 2018 dini hari waktu setempat, menurut laporan The Philippine Institute of Volcanology and Seismology (Phivolcs).
Pada 26 Januari, Phivolcs juga menyebut bahwa letusan vulkanis yang diikuti semburan lahar telah sangat intens dan sporadis selama 24 jam terakhir. Demikian seperti dikutip The Guardian, 26 Januari 2018.
Aktivitas Gunung Mayon juga menimbulkan semburan abu yang membubung setinggi 5 km, emisi sulfur dioksida, dan 15 gempa vulkanis.
Sebelumnya, berbagai alat pengukur dan instrumen yang terpasang di dekat Mayon juga menunjukkan pembengkakan permukaan, yang konsisten dengan adanya peningkatan magma dan tekanan.
Kendati demikian, lava yang keluar sepanjang 24 jam terakhir mungkin telah mengurangi tekanan dan penurunan aktivitas magma. Namun, bukan berarti hal tersebut menandakan meredanya Mayon secara keseluruhan.
"Itu hanya berarti bahwa tekanan sedang berkurang untuk sementara, tapi akan terjadi lagi," kata Paul Alanis, spesialis penelitian di institut gunung berapi.
Tingkat kewaspadaan untuk Gunung Mayon bertahan pada empat skala lima, mengindikasikan letusan dahsyat mungkin sudah dekat.
Â
Advertisement
Lebih Dari 74.000 Warga Telah Mengungsi
Lebih dari dari 74 ribu warga yang tinggal di perimeter Gunung Mayon telah mengungsi ke kamp-kamp penampungan darurat.
Pejabat khawatir letusan bisa berlangsung berbulan-bulan, mengganggu kehidupan dan mata pencaharian orang-orang yang tinggal di perimeter gunung.
Kebanyakan warga mengungsi di sekolah-sekolah setempat yang jauh dari lokasi bahaya aktivitas gunung berapi. Pejabat setempat dikabarkan telah mendirikan tenda tambahan di sekolah tersebut agar digunakan untuk melanjutkan kegiatan belajar-mengajar.
Sementara itu, hewan ternak juga telah dipindahkan ke lokasi aman agar pendapatan warga tidak hilang.
Kendati demikian, sejumlah petani terpaksa harus meninggalkan sawah, kebun, dan peternakan unggas mereka di dalam zona bahaya. Ditaksir, total kerugian aset selama dua pekan terakhir, mencapai lebih dari US$ 2 juta, kata petugas badan pertanian Provinsi Abay, Cheryll Ribeta.