Sukses

Australia Berambisi Jadi Eksportir Senjata Api Terbesar di Dunia

Pemerintah Australia berambisi menjadikan negaranya sebagai eksportir senjata api terbesar di dunia pada 2028 mendatang.

Liputan6.com, Canberra - Pemerintah Australia baru saja mengumumkan sebuah rencana ambisius, yakni menjadi salah satu eksportir senjata api terbesar di dunia dalam jangka satu dekade ke depan. Rencana itu merupakan salah satu bagian dari strategi kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri (PM) Malcolm Turnbull.

Dilansir dari laman Huffington Post pada Selasa (30/1/2018), pemerintah setempat mengumumkan upaya meraih jumlah pendapatan sebesar 3,1 miliar dollar Australia, dalam kegiatan ekspor senjata api di sepanjang tahun 2018 ini.

Pemerintah Australia berharap, jika cita-cita tersebut tercapai, maka kian terbuka besar peluang negeri kanguru itu menjadi salah satu produsen senjata api terbesar di dunia pada 2028 mendatang.

Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengatakan bahwa Australia sejauh ini telah berhasil meraup pendapatan antara US$ 1,5 miliar hingga 2,5 miliar dalam ekspor senjata selama periode 2016 dan 2017 lalu.

"Ini merupakan ambisi yang positif, karena mampu mendorong pertumbuhan industri Australia, meningkatkan investasi, dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan," jelas PM Turnbull di hadapan media.

Menurut laporan surat kabar Guardian, Australia akan menggelontorkan dana sebesar 16,2 juta dollar Auustralia setiap tahunnya guna mengimplementasikan strategi terkait.

Rencana ambisius tersebut akan menarget beberapa pasar penting dunia, seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Selandia Baur, kawasan Indo-Pasifik, dan Timur Tengah.

 

 

2 dari 2 halaman

Australia Jual Senjata Api ke Daerah Konflik?

Saat ini, Australia berada di posisi ke-20 negara dengan ekspor senjata api terbesar di dunia. cukup jauh tertinggal dengan Indonesia yang kini berada di posisi 15.

Namun, rencana tersebut mendapat kecaman dari pihak Amnesti Internasional Australia. Dikhawatirkan, ekspor senjata Australia disebut berisiko memparah kondisi carut marut di beberapa wilayah target pasar utamanya, seperti di Timur Tengah dan Indo-Pasifik.

"Apa yang diinginkan pemerintah dengan menambah kuota ekspor ke Timur Tengah? Apakah untuk menyediakan persenjataan bagi peperangan di Suriah? Atau jika di Indo-Pasfik, penjualan senjata tersebut akan menguntungkan pihak militan?" ujar Kepala Koordinator Kampanye Amnesti Internasional, Diana Sayed, dalam sebuah pernyataan media.

Pendapat Dane itu didasarkan pada fakta bahwa harga penjualan senjata api buatan Australia rata-rata masih cukup murah. Bahkan beberapa harga yang ditawarkan konon seperempat lebih murah dibandingkan harga snejata api yang ditawarkan negara produsen lainnya.

"Kami sangat prihatin dengan indikasi bahwa pemerintah Australia bermaksud menjadi eksportir senjata utama ke daerah-daerah yang bergejolak yang memiliki catatan hak asasi manusia yang mengerikan," tukas Diana.