Liputan6.com, Addis Ababa - Pemerintah China membantah laporan yang menyebut dukungan terhadap pembangunan markas besar Uni Afrika adalah bagian dari operasi intelijen Negeri Tirai Bambu tersebut.
Dilansir dari BBC, Selasa (30/1/2018), Duta Besar China untuk Uni Afrika, Kuang Weilin, mengatakan kepada media di Ethiopia bahwa laporan yang dimuat oleh surat kabar Le Monde itu "sulit dipahami".
Advertisement
Baca Juga
Bantahan tersebut disampaikan Weilin, tiga hari setelah laporan terkait dimuat oleh Le Monde, salah satu surat kabar utama di Prancis. Weilin menyebut dugaan transfer data informasi dari Uni Afrika ke Shanghai yang dimuat Le Monde sebagai laporan tidak valid.
Namun, Le Monde berujar bahwa laporan tersebut didasarkan pada beberapa sumber rahasia, yang mengklaim transfer data kerap dilakukan pada tengah malam.
Satu-satunya bukti kuat yang dipegang Le Monde adalah kegiatan intelijen pada suatu hari di bulan Januari 2017. Bukti itu disebut dengan jelas menunjukkan aktivitas penyadapan dilakukan sekitar pukul 02.00 dini hari, ketika tidak ada satu pun orang tersisa di dalam gedung terkait.
Laporan tersebut juga menduga aktivitas penyadapan telah dilakukan oleh China sejak 2012 silam, yakni ketika gedung yang berlokasi di kota Addis Ababa itu resmi dibuka.
Â
Monumen Hubungan Baik China dan Afrika
Otoritas Ethiopia bahkan sampai meminta bantuan jasa ahli keamanan dari Aljazair untuk menyisir seluruh bagian gedung, mencari kemungkinan penyadapan. Penyisiran tersebut berhasil menemukan beberapa microphone yang ditempel di beberapa sudut meja.
"Laporan itu tidak benar," tegas Weilin.
"Gedung ini (markas besar Uni Afrika) adalah monumen bagi hubungan baik antara China dan benua Afrika," lanjutnya.
Weilin justru merasa laporan tersebut akan berdampak buruk pada nama baik surat kabar Le Monde. Menurutnya, masyarakat saat ini semakin cerdas dalam melihat berita, dan tahu mana berita yang berimbang, mana yang tidak.
"Namun satu hal yang pasti, berita tersebut akan menyebabkan masalah dalam hubungan diplomatik China dan negara-negara Afrika," tukas Weilin.
Advertisement