Liputan6.com, New Delhi - India dan China merupakan dua negara yang memiliki sejarah panjang dengan Indonesia. Melalui jalur perdagangan maritim maupun darat yang berlangsung selama ribuan tahun, kebudayaan hingga agama yang berasal dari kedua negara tersebut pun tiba, bercampur, dan diadaptasi di Nusanatara.
Meski keduanya membawa pengaruh besar di Indonesia, pada saat ini China lebih dirasakan keberadaannya di Tanah Air, khususnya dalam bidang investasi dan perdagangan.
Ketika ditanya apakah China menjadi salah satu penghalang kerja sama India dengan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, Senior Fellow kelompok think tank asal India Viviekananda International Foundation (VIF), Amb Anil Wadhwa mengatakan bahwa hubungan India dengan ASEAN baru dimulai pada 1992.
Advertisement
Baca Juga
"Hubungan India dengan ASEAN baru dimulai pada 1992, dan pada 2014 India mulai mengubah kebijakan dari Look East menjadi Act East, dan kami mulai membangun konektivitas dengan sejumlah negara ASEAN seperti Thailand dan Myanmar," ujar Wadhwa kepada 19 jurnalis ASEAN pada 23 Januari 2018.
Dengan kebijakan Act East, kerja sama India dengan ASEAN tak hanya mencakup soal ekonomi, tapi juga tentang keamanan dan juga budaya.
Sementara itu, Direktur VIF Arvind Gupta mengatakan bahwa India dan China memiliki sistem yang sangat berbeda.
"Sistem kami adalah sistem yang sangat demokratis, diskusi, dan debat, dan setiap perusahaan berhak untuk mengikuti kepentingannya masing-masing," ujar Gupta.
Menurutnya, India saat ini sedang melakukan pendekatan kebudayaan kepada negara-negara ASEAN agar masing-masing pihak bisa saling memahami.
"Kami ingin investasinya berjalan dengan transparan. Masing-masing pihak dapat saling memahami dengan lebih baik, jika masing-masing orang terhubung secara budaya dan sosial," imbuh Gupta.
Â
India 100 Persen Terbuka di Hampir Semua Sektor
Selain berkunjung ke Viviekananda International Foundation, dalam kegiatan Familiarization Journalists from ASEAN yang merupakan kegiatan di bawah Kementerian Luar Negeri India, para awak media juga berkunjung ke Federation of Indian Chambers of Commerce & Industry (FICCI).
Dalam kesempatan itu, Sekretaris Jenderal FICCI, Sanjaya Baru, mengatakan bahwa jalan India untuk menjadi negara yang ramah bisnis masih panjang.
"Birokrasi (India) masih tertinggal di zaman feodal dan sejumlah kebijakan menjadi beberapa hambatan," ujar Baru.
Meski demikian, Sekjen Kamar Dagang India itu menyebut bahwa investasi dan perdagangan India sudah sangat terbuka.
"Saat ini kita sangat terbuka, 100 persen terbuka di hampir semua sektor," ujar dia.
Dalam hubungan investasi antara India dan ASEAN, pria yang juga merupakan akademisi itu memaparkan beberapa masalah yang dihadapi India saat berinvestasi di negara-negara Asia Tenggara.
"Saya tidak mendengar banyak masalah dari India yang berinvestasi di wilayah ASEAN, tapi salah satu masalah yang didapat adalah kurangnya apresiasi karena perbedaan budaya," ujar Baru.
Menurutnya, Asia Selatan bekerja cenderung lambat, sedangkan negara-negara Asia Timur bekerja lebih cepat. Selain itu, tingkat pendidikan di ASEAN lebih tinggi dibanding negara-negara di Asia Selatan, termasuk India.
Advertisement