Sukses

Tuntut Kesetaraan Hak, Wanita di Iran Ramai-Ramai Buka Kerudung

Aksi wanita buka kerudung kian viral di Iran dalam beberapa waktu terakhir, sebagai bentuk protes terhadap rezim pemerintahan Hassan Rouhani

Liputan6.com, Teheran - Sekelompok wanita melakukan aksi buka kerudung di depan publik, sebagai betuk protes terhadap kewajiban berpakaian tertutup bagi kaum hawa di Iran.

Dilansir dari laman CNN pada Rabu (31/1/2018), berbagai unggahan foto muncul di media sosial, memperlihatkan segelintir wanita membiarkan rambutnya tergerai, dan berdiri dengan percaya diri di beberapa lokasi di Iran.

Protes tersebut kian meluas sejak Vida Mohaved, seorang aktivis keseteraan gender, ditangkap oleh kepolisian Iran karena tidak mengenakan kerudung saat protes anti-pemerintah, yang terjadi pada Desember 2017.

Berbagai unggahan foto terkait mendapat dukungan luas dari warganet dunia. Hal itu terbukti dengan tanda pagar (tagar) #TheGirlsOfRevolutionStreet, yang terlihat terus wara-wiri di jagat Twitter hingga hari ini.

Dalam beberapa bulan terakhir, penegakan hukum – yang pertama kali diterapkan setelah Revolusi Islam pada 1979 – telah sedikit melunak. Dahulu, wanita yang tanpa sengaja memperlihatkan rambut di balik kerudung, biasanya akan langsung dinasehati oleh polisi syariat. Namun, tindakan tersebut tidak lagi diberlakukan secara ketat oleh rezim pemerintahan Hassan Rouhani.

Pihak berwenang Iran juga mengumumkan bahwa wanita yang tidak menutup kepalanya dengan benar, tidak akan lagi ditangkap, melainkan dikenai sanksi denda yang nominalnya relatif kecil.

Melunaknya aturan terkait membuat semakin banyak wanita muda yang berani tampil vokal di hadapan publik. Namun, aksi melepas kerudung tetap masih akan terkena ancaman hukuman penjara.

 

 

2 dari 3 halaman

Simpati Meluas Terhadap Penangkapan Vida Mohaved

Seorang pengacara hak asasi manusia, Nasrin Sotoudeh, mengatakan bahwa hakim dan pihak saudara telah mengonfirmasi pembebasan Mohaved.

Menurut Sotouhed, Mohaved dipenjara lebih dari 30 hari, namun tidak ada sedikitpun informasi resmi tentang pembebasannya.

"Saya senang dia (Mohaved) telah kembali ke rumahnya kemarin. Saya harap, melalui tinjauan hukum pada kasusnya, berdampak pada terpenuhinya hak asasi untuk bebas menunjukkan ekspresi di hadapan publik," ujar Sotouhed.

Sosok Mohaved mendapat atensi luas ketika terjadi aksi unjuk rasa besar-besaran pada Desember 2017. Unjuk rasa tersebut menyerang kebijakan pemerintah dalam mengatasi kondisi ekonomi yang goyah, praktik korupsi, dan ketidapuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Presiden Hassan Rouhani.

Sebuah video yang memperlihatkan Mohaved berdiri di atas kotak listrik tanpa mengenakan kerudung tersebar viral, dan memunculkan tagar #WhiteWednesdays yang mengecam aturan wajib mengenakan kerudung pada wanita di Iran.

Tagar #WhiteWednesdays sendiri merupakan simbol rasa simpati terhadap hari ketika Mohaved diserang, yakni hari Rabu.

3 dari 3 halaman

Simpang Siur Jumlah Pemrotes yang Ditangkap

Pada pertengahan Januari lalu, lebih dari 400 orang ditangkap dalam aksi unjuk rasa anti-pemerintah, tulis kantor berita setempat.

Sebanyak 21 orang meninggal dan sekolompok wanita tidak dikenal ditahan, terkait aksi unjur rasa selama enam hari di Teheran dan beberapa kota besar lainnya di Iran. Aksi unjuk rasa besar-besaran itu merupakan tantangan terbesar pemerintah Iran sejak 2009.

Seorang anggota parlemen, Mahmoud Sadeghi, mengatakan sebanyak hampir 3.700 orang telah ditangkap dalam total aksi unjuk rasa yang terjadi di Iran, kurang dari setahun terakhir.

Angka tersebut jauh lebih tinggi dari pernyataan resmi pemerintah, yang menyebut sebanyak 450 orang ditahan pasca-protes terkait.

Sementara itu, pihak intelijen Amerika Serikat, mengatakan bahwa sekitar 1.000 orang ditangkap pada aksi unjuk rasa besar-besaran yang dimulai pada 28 Desember lalu.

Video Terkini