Sukses

35 Tahun Mengabdi, Diplomat AS Ini Mundur di Era Donald Trump

Satu lagi, diplomat senior Amerika Serikat memutuskan untuk berhenti dari jabatannya setelah 35 tahun mengabdi. Apa alasannya?

Liputan6.com, Washington, DC - Pejabat tinggi dan diplomat senior dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat memutuskan untuk mundur dari jabatannya, Kamis, 1 Februari 2018 waktu setempat.

Wakil Menteri Luar Negeri untuk Urusan Politik, Thomas Shannon, menjadi diplomat keempat yang mengundurkan diri sejak Presiden Donald Trump memimpin Negeri Paman Sam setahun lalu.

Ia mengatakan kepada The Associated Press bahwa keputusannya untuk angkat kaki dari departemen tersebut karena alasan pribadi, meski dirinya telah mengabdi hampir 35 tahun di bawah enam kepemimpinan presiden dari dua partai politik sejak tahun 1984.

"Ini adalah momen tepat untuk mundur dan menentukan apa yang akan saya jalani dalam hidup saya," katanya, dilansir The Hill, Jumat (2/1/2018).

Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Shannon Thomas, memutuskan mundur dari jabatannya setelah 35 tahun mengabdi. Ia berhenti dari Departemen Luar Negeri AS karena alasan pribadi, bukan politik. (AFP)

Heather Nauert, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, mengatakan melalui akun Twitternya, Shannon masih tetap menjalankan tugasnya hingga penggantinya dilantik.

"Wakil Menteri Luar Negeri Shannon telah melayani negara dengan baik demi kepentingan rakyat Amerika @StateDept. Dia seorang patriot, diplomat dan warga Amerika yang hebat. Bisa bekerja bersamanya adalah sebuah kehormatan bagi saya. Hingga penggantinya dilantik, ia akan tetap berada di posisinya untuk memastikan transisi berjalan mulus," tulis Nauert pada 1 Februari 2018 pukul 21.01 waktu setempat.

Pengunduran diri Shannon diumumkan setelah Menlu Amerika Serikat Rex Tillerson dikritik karena mengusir para diplomat karier. Meski demikian, Shannon menampik isu yang mengaitkan dirinya dengan sikap Tillerson.

Ia menegaskan, keputusannya itu didorong oleh usianya yang telah menginjak 60 tahun dan juga kematian ibunya pada akhir tahun lalu. Shannon menambahkan, dirinya akan tetap menjalankan tugas sampai pergantian wamenlu selesai.

"Saya sudah melayani selama 35 tahun," kata Shannon.

"Saya telah berjuang sebisa mungkin, saya menepati dan menjalani sumpah saya untuk menghormati Konstitusi, institusi politik, menghargai nilai-nilai kenegaraan dan menghargai keputusan yang dibuat oleh warga Amerika Serikat," lanjutnya.

2 dari 3 halaman

Disayangkan Menlu AS

Mendengar keputusan Shannon, Menlu Tillerson menyayangkannya. Dalam pernyataan kepada The Associated Press, Tillerson mengaku telah minta Shannon untuk membatalkan tekadnya itu.

Ia juga menyatakan bahwa kepergian Shannon merupakan kerugian untuk Departemen Luar Negeri AS. Apabila Shannon berminat untuk bekerja kembali di departemen tersebut, Tillerson rela untuk membuka "pintu" lebar-lebar.

"Akan selalu ada tempat untuk Tom Shannon di Departemen Luar Negeri," katanya, dikutip dari CNBC.

"Nasihat dari Tom selalu diterima dengan baik selama bergantinya pemerintahan. Saya sangat menghargai pengetahuannya, peran yang dimainkannya selama masa transisi... dan kontribusinya terhadap strategi kami selama setahun terakhir," lanjut Tillerson.

"Tom telah melayani negara di dalam dan di luar negeri. Di setiap kedutaan, dia juga melayani rekan-rekannya. Tom menunjukkan pengabdian profesional dan akan terus mengilhami rekan-rekan di Departemen Luar Negeri."

3 dari 3 halaman

Dubes AS untuk Panama Mundur

Tak lama sebelum pengunduran diri Shannon Thomas, Duta Besar Amerika Serikat untuk Panama, John Feeley, juga menyatakan mundur dari jabatannya.

Perbedaan dengan pemerintahan Donald Trump disebut-sebut sebagai alasan keputusannya itu.

"John Feeley telah memberi tahu Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, dan pemerintah Panama atas keputusannya karena alasan pribadi, pada 9 Maret tahun ini," ujar seorang juru bicara Departemen Luar Negeri, seperti dikutip dari CNN.

Berdasarkan kutipan surat pengunduran dirinya, keputusan Feeley untuk melepas kursi jabatan sebagai dubes AS secara jelas didorong oleh adanya perbedaan dengan pemerintahan Donald Trump.

"Sebagai petugas layanan asing junior, saya menandatangani sumpah untuk melayani dengan setia Presiden dan pemerintahannya tanpa berpolitik, bahkan ketika saya mungkin tidak setuju dengan kebijakan tertentu," tulis Freeley dalam surat pengunduran dirinya.

"Para instruktur saya menjelaskan bahwa jika saya yakin, saya tidak dapat melakukannya, merupakan kehormatan bagi saya untuk mengundurkan diri. Saat itu telah tiba," imbuh dia.

Di bawah Steven Goldstein dari Departemen Luar Negeri mengatakan bahwa Dubes AS untuk Panamaitu telah menyerahkan surat pengunduran dirinya ke Gedung Putih pada Desember 2017.

"Setiap orang memiliki garis yang tidak ingin mereka lewati dan kami menghormati itu," kata Goldstein.

"Kami sedih melihatnya mengundurkan diri," imbuh dia.