Sukses

Luar Biasa, Pesawat Ini Mampu Mengitari Bumi 3 Jam Non-Stop

Sebuah rancangan pesawat baru disebut mampu mengitari Bumi selama 3 jam non-stop. Apa rahasianya?

Liputan6.com, Florida - Sebuah kejutan datang dari dunia penerbangan, yakni kabar mengenai pesawat perang hipersonik yang mampu mengitari bumi dalam jangka waktu tiga jam.

Dilansir dari laman Indy100.com pada Selasa (6/2/2018), pesawat tersebut dirancang oleh perusahaan Boeing, dan disebut mampu memiliki daya lima kali kecepatan suara. Hal itu disebut mampu mengitari garis lintang utara selama tiga jam non-stop pada kecepatan maksimum.

Perusahaan berjuluk 'Son of Blackbird' itu disebut akan menggenjot realisasi rancangan pesawat hipersonik terkait selama satu dekade ke depan.

Rancangan pesawat yang diberi nama Valkyrie II itu diumumkan di sebuah forum aviasi di Florida pada penghujung Desember lalu. Konon, konsep pesawat Valkyrie II telah melalui tahap perancangan selama lebih dari setahun terakhir.

Meski belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait rancangan Valkyrie II, namun Boeing tidak menampik bahwa pihaknya terus berupaya menciptakan teknologi pesawat yang lebih unggul.

 

 

Simak video menarik tentang pesawat supersonik berikut: 

2 dari 2 halaman

Pemanfaatan Lain Teknologi Hipersonik

Rancangan pesawat Valkyrie II disebut akan menjadi pesaing dekat pesawat konsep SR-72 lansiran Lockheed Martin, yakni suksesor pesawat SR-71 yang bertengger sebagai pesawat tercepat saat ini.

Desain yang diajukan Boeing sebenarnya tidak jauh berbeda dengan desain milik Lockheed, yakni sama-sama merencanakan penggunaan mesin kombinasi-siklus dengan dukungan jet turbo untuk mengakselerasikan daya Mach 3. Daya ini disebut menyamai tiga kali kecepatan suara.

Nantinya, kombinasi mesin tersebut akan dikolaborasikan dengan desain aerodinamika pesawat, yang diharapkan mampu mencapai daya Mach 5, atau hampir menyamai lima kali kecepatan suara.

Kepala penelitian hipersonik Boeing, Kevin Bowcultt, menjelaskan kepada Aviation Week bahwa teknologi terkait memang tengah dikembangkan oleh Boeing. Namun, realisasinya masih butuh waktu, karena berbagai pertimbangan, baik tentang teknologi maupun dampaknya pada lingkungan.

"Saat ini, pengembangan teknologi hipersonik difokuskan pada kehadiran armada penerbangan yang ramah lingkungan, seperti penghematan bahan bakar dan efisiensi ruang angkut," jelas Bowcutt.