Liputan6.com, Hanoi - Indonesia merupakan penghasil kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia.
Kini, demi meningkatkan kompetisi ekspor kopi, Indonesia mulai menjajaki dan mengincar pasar kopi di Vietnam yang dianggap potensial.
Penjajakan itu dilakukan dengan menggelar forum bisnis "Promoting Indonesia – Vietnam Cooperation in Coffee" yang digelar pada tanggal 6 Februari 2018 di Hotel Melia Hanoi. Perhelatan itu digelar oleh KBRI Hanoi bersama dengan Vietnam Coffee – Cacao Association (VICOFA).
Advertisement
Baca Juga
Forum itu juga dihadiri oleh tamu undangan yang terdiri atas para Duta Besar serta perwakilan dari negara sahabat, pelaku industri kopi dan pengusaha Indonesia, meliputi Kapal Api Group, Sabani Internasional, Asia Mina Sejahtera, Mayora dan didukung oleh KADIN Komite CLMV, serta perusahaan Vietnam seperti Me Trang Coffee, Minh Tien Coffee, Thai Hoa Coffee, dan Hapro Distribution.
Dalam forum tersebut, para tamu pun sangat mengapresiasi positif kopi Indonesia dan memicu business matching antara pengusaha Indonesia dan Vietnam.
Duta Besar RI untuk Vietnam, Ibnu Hadi mengatakan, "Forum itu bertujuan untuk mempromosikan peluang dan menjalin kerja sama dalam mencapai target perdagangan bilateral US$ 10 miliar pada tahun 2020," seperti dikutip dari rilis resmi yang diterima Liputan6.com dari KBRI Hanoi (6/2/2018).
Kompetisi Ketat
Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain, persentase volume kopi Vietnam dan Indonesia menduduki peringkat pertama dan kedua, dengan total persentase yang diperkirakan mencapai 79,89 persen pada 2020 -- tertinggi jika dibandingkan dengan Malaysia (55,75 persen), Filipina (16,67 persen), Thailand (10,74 persen), dan Singapura (6,67 persen).
Dengan perkiraan luas area kopi sebesar 662.200 hektar, ekspor kopi Vietnam pada tahun 2017 -- termasuk green beans, roasted and ground, dan instant coffee -- naik dari 26.05 juta kantong menjadi 26.55 juta kantong.
Sementara itu, pada tahun yang sama, Indonesia mampu memproduksi kopi sebanyak 10,9 juta Green Bean Equivalent (GBE) -- di mana sebesar 3,32 juta GBE untuk kepentingan konsumsi dan sisanya untuk ekspor mancanegara.
Potensial
Indonesia memandang Vietnam sebagai pasar potensial bagi kopi Tanah Air karena, negara tersebut turut mengimpor kopi dari luar negeri dalam jumlah besar -- sekitar 1 juta GBE pada 2017, meningkat dari 640 ribu GBE pada 2016.
Konsumsi domestik Vietnam diprediksi meningkat dari 2,32 juta GBE (2017) menjadi 2,93 juta GBE (2018) karena semakin marak dan menjamurnya kedai-kedai kopi di Vietnam -- membuka celah untuk masuknya kopi Indonesia ke negara tersebut.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Geliat Kopi Indonesia di Kafe Amerika Serikat
Gerakan "Third Wave of Coffee" atau memilih kopi yang berkualitas tinggi, semakin populer di Amerika, terutama dengan meningkatnya minat terhadap specialty coffee. Vigilante Coffee Company termasuk salah satu pengusungnya. Setiap hari tersaji hingga belasan kopi dari 10 negara, termasuk Indonesia.
Adalah kedai kopi independen Vigilante Coffe Company di Hyattsville, Maryland yang mengusung konsep tersebut. Tak hanya menyajikan kopi berkualitas tinggi dan single origin atau tidak dicampur dengan kopi dari sumber lain, tapi tempat itu juga menghidangkan berbagai jenis kopi dari seluruh dunia termasuk Indonesia.
Mereka membeli langsung kopi dari petani di berbagai negara, termasuk dari Tanah Air.
"Seiring waktu, saya ingin berbisnis dengan integritas. Bagi saya, sangat penting mengetahui asal usul produk dan siapa yang memproduksinya," ujar Christopher Vigilante, sang pemilik seperti dikutip dari VOA News, Kamis 5 April 2017.
Chris mendalami ilmu pemanggangan dan pembelian kopi di Hawaii. Ia lalu kembali ke Washington DC untuk membuka pemanggangan kopi pada 2012 dan akhirnya juga membuka kafe di Hyattsville tahun 2014.
Vigilante menyajikan kopi berkonsep micro roasting atau dipanggang sesuai dengan kebutuhan. Ciri lain dari kopi gelombang ketiga adalah metode alternatif dalam menyeduh, seperti pot vakum atau menuang kopi dengan saringan kertas.
Kopi di Vigilante juga diramu dengan bahan berkualitas lainnya, sehingga tidak hanya enak tapi juga cantik dilihat.
"Pertama, kopinya sangat enak. Kedua untuk mocha, mereka pakai cokelat asli, bukan sirup cokelat. Dengan susu atau susu kedelai juga enak," ujar salah satu pelanggan, Romina Heymann.
Untuk mendapatkan kualitas ini, Chris dan staf-nya mencari kopi ke berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika Selatan, Afrika, hingga Indonesia.
Di Indonesia, mereka berkunjung ke Bandung, Bali dan Solok, Sumatra Barat.
"Kita lebih suka membangun direct relationship, hubungan langsung dengan petani, jadi kita bisa dapat kerja sama yang bagus. Win-win solution dari kedua belah pihak," jelas Awan Suryo Prasetyo, roaster Vigilante Coffee Company.
"Kalau kita ingin kopi yang bagus, kita bisa kasih tahu ke mereka bagaimana (kriterianya). Kalau mereka butuh dari kita sharing knowledge, jadi sama-sama belajar bareng, itu lebih penting buat kita," imbuh Awan.
Irawati Dewi salah satu pelanggan Indonesia, berharap Vigilante bisa menghadirkan lebih banyak variasi kopi Indonesia.
"Kebanyakan kedai kopi di sini tahunya cuma kopi Sumatra. Selalu Sumatra. Padahal, kan, kopi Indonesia banyak macamnya," ucap Irawati.
Namun, Chris percaya akan ada banyak jenis kopi Indonesia yang dikenal banyak orang ke depannya.
"Orang ini mencicipi rasa asli dari mana kopi itu berasal. Kami akan menjadi satu-satunya kedai kopi di AS yang menyajikan kopi asal Solok. Dengan perkembangan industri kopi di Indonesia, akan banyak kopi Indonesia lainnya yang mendunia," ujar Chris.
Advertisement