Sukses

Siksa Anjing hingga Mati, Pria Dibui dan Dilarang Pelihara Hewan

Selain melempar tubuh anjing ke dinding, ia juga diketahui melakukan beberapa penyiksaan lain.

Liputan6.com, Singapura - Seorang pria berusia 23 tahun asal Singapura dijatuhi hukuman penjara selama tiga bulan setelah memperlakukan seekor anjing dengan tidak manusiawi.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (8/2/2018), pria bernama Gerald Kok Zhin Oi dilaporkan atas tuduhan pembunuhan seekor anjing milik keluarga mantan pacarnya.

Dengan tega, pria itu melempar anjing ke dinding berkali-kali hinggal mati. Tak hanya hukuman penjara, pria itu juga dilarang memelihara hewan selama satu tahun setelah dibebaskan dari penjara.

Selain melempar tubuh anjing ke dinding, ia juga diketahui melakukan beberapa penyiksaan lain. Mulai dari memukul anjing berusia 3 tahun itu dengan bantal dan gantungan baju yang terbuat dari plastik secara berulang.

"Semua tindakan sadis itu dimulai sejak Juli 2017 dan dilakukan tanpa alasan," ujar Agri-Food and Veterinary Authority (AVA), Yap Teck Chuan.

Anjing itu merupakan milik dari saudara perempuan mantan pacar Kok Zhin. Semua kejadian ini ketahuan dari rekaman CCTV yang terpasang di beberapa ruangan.

Keluarga mantan pacara Kok Zhin memang sering meninggalkan rumah. Pria yang terkadang datang berkunjung itu barulah melancarkan aksinya saat rumah kosong.

Mantan pacar Kok Zhin yang rupanya melihat kejadian ini kaget bukan main saat melihat anjing peliharaan keluarga itu mati dan terbaring lemah.

Saat dibawa ke rumah sakit dan periksa, anjing ini rupanya mengalami beberapa luka parah. Mulai dari patah tulang leher dan tengkoraknya yang retak.

2 dari 2 halaman

Aksi Heroik Menggendong Anak Gajah

Meski demikian, tak semua orang bersikap buruk pada hewan. Seorang penjaga hutan di Tamil Nadu, India Selatan, Palanichamy Sarathkumar mendapat predikat pahlawan, gara-gara tindakannya yang menyelamatkan nyawa seekor anak gajah.

Penjaga hutan berusia 28 tahun itu rela mengendong bayi gajah yang jatuh ke selokan dan terpisah dari induknya. Padahal, meski masih kecil, berat anak hewan itu melampaui bobot tubuhnya.

Tak hanya banjir pujian dan dukungan, banyak orang mempertanyakan bagaimana bisa ia menggendong gajah seberat itu.

"Memang berat sekali. Aku sekonyong-konyong menggendongnya," kata dia seperti dikutip dari BBC.

Sarathkumar mengaku, warga desanya juga penasaran soal itu. "Terus terang, aku takut kehilangan keseimbangan. Namun, rekan-rekanku membantu, dengan menahan anak gajah itu dan membantuku menggendong hewan tersebut."

Sarathkumar adalah satu dari tim penjaga hutan yang ditempatkan di Mettupalayam, yang berjarak sekitar 50 kilometer dari Kota Ooty di Tamil Nadu.

Hari itu, Sarathkumar mendapat panggilan tugas mendadak. Padahal, ia baru pulang usai tugas malam.

"Penelepon menginformasikan bahwa seekor gajah betina memblokir jalan dekat Kuil Vanabhadra Kaliamman," kata dia.

Pria itu menambahkan, ia dan para koleganya berhasil mengembalikan gajah dewasa itu ke hutan, dengan menggunakan petasan. Tim kemudian menyisir area, untuk mencari keberadaan gajah lain.

"Kami melihat anak gajah terjebak di dalam parit kecil," kata dia. "Hewan itu dalam kondisi lelah dan bingung. Kami pun memindahkan batu besar yang menghalangi jalan keluarnya."

Sarathkumar menambahkan, ia dan rekan-rekannya lantas menyadari, anak gajah itulah alasan mengapa betina dewasa resah hingga memblokir jalan.

Mereka pun ingin segera menyatukan induk dan anaknya itu. Namun, gajah kecil itu terlalu lemah. Ia tak mampu berjalan dengan empat kakinya.

"Awalnya, kami berempat menggendongnya," kata Sarathkumar. "Kami ingin membawanya ke seberang jalan, mempertemukannya dengan sang induk."

Namun, mereka berpotensi diserang sang induk gajah yang tak jauh dari sana. "Jadi, daripada kami berempat menghadapi risiko, aku memutuskan untuk menggendongnya sendiri," kata dia.

Setelah menggendong hewan itu sejauh 50 meter, Sarathkumar meletakkan anak gajah di dekat danau, berharap sang induk akan menemukannya.

"Kami menanti beberapa jam. Namun gajah itu tak muncul. Khawatir kehadiran manusia membuatnya ragu, kami pun beranjak pergi," kata Sarathkumar.