Liputan6.com, Washington, DC - Pemerintah federal Amerika Serikatshut down atau lumpuh untuk kedua kalinya. Upaya itu dilakukan setelah seorang politikus konservatif di Senat tak menyetujui langkah Kongres yang menyepakati anggaran sementara.
Senator Kentucky dari Partai Republik, Rand Paul, menolak kesepakatan anggaran dua tahun tersebut. Dia merasa tidak puas dengan defisit sebesar US$300 miliar dalam anggaran yang tengah digodok itu. Menurut dia, rencana anggaran tersebut bisa "menjarah peradaban."
Baca Juga
"Alasan saya berada di sini, malam ini adalah untuk menegaskan kepada anggota Senat lainnya. Saya ingin mereka merasa tak nyaman," ucap Paul dalam pidatonya, seperti dikutip dari CNN, Jumat (9/2/2018).
Advertisement
Shut down kedua ini dilakukan hanya dalam waktu jeda kurang dari satu bulan dari insiden sebelumnya, Kamis, 8 Februari tengah malam waktu setempat.
Padahal waktu itu, anggaran untuk sebagian besar pemerintah federal Amerika Serikat memasuki masa kedaluwarsa, seiring gagalnya Kongres melakukan intervensi.
Tenggat tengah malam terlewatkan karena pidato putus-sambung Paul selama sembilan jam. Terlewatnya tenggat secara teknis kembali memicu government shut down atau penutupan pemerintahan, meski mungkin hanya akan berlangsung singkat dan tidak mempengaruhi urusan negara.
Senat diperkirakan akan menyepakati anggaran sementara setelah pukul 01.00 waktu setempat, lalu mengirimkannya ke Dewan Perwakilan Rakyat.
Suara dari para anggota Dewan terpecah antarpartai dan pengajuan anggaran mungkin tidak bisa lolos begitu saja. Para pemimpin Partai Republik sudah mengatakan bahwa rencana itu akan disetujui, kemungkinan sebelum hari kerja.
Jika memang demikian, maka pemerintah Amerika Serikat seharusnya tidak terganggu dengan peristiwa ini.