Sukses

Tahukah Anda? Ini Sejarah di Balik 4 Simbol Valentine

Sebagai bentuk kasih sayang terhadap orang yang dicintai, biasanya perayaan Hari Valentine diungkapkan dalam beberapa hal.

Liputan6.com, Jakarta - Hari Valentine atau Valentine’s Day dirayakan setiap tanggal 14 Februari. Sejumlah orang memaknainya sebagai perayaan kasih sayang, lainnya menuding sebagai 'peringatan yang sengaja diadakan' untuk mendongkrak penjualan kartu, cokelat, bunga, dan barang-barang lain yang dianggap mewakili ungkapan cinta.

Apapun pendapat seseorang tentang Valentine, ada sejarah yang melatarbelakalangi hari itu.

Dari asal usul namanya, Gereja Katolik mengakui ada 3 santo atau orang suci bernama Valentine atau Valentinus. "Dan ketiganya adalah martir," demikian kutip dari situs The Guardian.

Sebagai bentuk kasih sayang terhadap orang yang dicintai, biasanya perayaan Hari Valentine diungkapkan dalam beberapa hal.

Benda-benda ini ibarat sudah melekat dan dijadikan tradisi dan simbol ungkapan cinta.

Seperti dikutip dari laman The Guardian, Rabu (14/2/2018), berikut 4 benda yang melekat dengan Hari Valentine dan sejarah di balik kemunculannya:

2 dari 5 halaman

1. Kartu Valentine

Kartu Valentine tertua dibuat oleh seorang bangsawan, Duke Charles of Orleans. Dipenjara di Tower of London atau Menara London setelah ditangkap Inggris pada 1415, Charles menulis sebuah surat cinta berima untuk istrinya, Bonne d’Armagnac -- yang kini disimpan di British Library, London.

Puisi itu terdiri dari 2 baris, dalam Bahasa Prancis. Malangnya, sang istri meninggal sebelum Charles kembali ke Prancis pada tahun 1440.

Namun, ahli Bahasa Inggris dari SUNY-Buffalo State, Ann C. Colley mengatakan, pemberian kartu Valentine baru populer di Inggris pada pertengahan Abad ke-19.

Ada dua pendukung saat itu: layanan pos pertama Inggris, Penny Post didirikan -- membuat mengirimkan surat makin murah dan tersedia bagi setiap orang.

Faktor kedua, untuk kali pertamanya, kartu Valentine diproduksi massal. Mesin pencetak kala itu mampu mengaplikasikan sejumlah metode pencetakan, seperti cetak timbul, desain renda, atau kartu 3 dimensi. Demikian ujar dosen sejarah Amerika dan budaya populer di George Mason University.

Meski budaya memberikan kartu Valentine berawal dari Inggris, pengaruhnya menyebar hingga Amerika Serikat pada tahun 1840-an.

Uniknya, di Inggris, kartu tak hanya diberikan pada orang yang ditaksir, tapi juga pada mereka yang tak disukai.

 

3 dari 5 halaman

2. Cokelat Valentine

Cokelat telah lama dianggap sebagai afrodisiak, pembangkit gairah. Dimulai pada Abad ke-17, saat biji cokelat kali pertama dibawa ke Eropa dari Meksiko dan Amerika Tengah, bangsa Eropa mengaitkannya dengan kisah tentang Montezuma dan istri-istrinya.

Abad ke-19 adalah masa di mana permen dan kudapan manis lebih terjangkau untuk kelas menengah, seiring produksi massal cokelat.

Pada tahun 1868, Richard Cadbury mengeluarkan cokelat Hari Valentine pertama.

"Ada gagasan afrodisiak yang membuat cokelat sesuai untuk Hari Valentine," kata Alexandra Leaf, ahli kuliner sekaligus pendiri Chocolate Tours of New York City.

 

4 dari 5 halaman

3. Cupid

Pada Abad ke-5, Eros (inspirasi untuk kata 'erotis'), versi Yunani dari Cupid, digambarkan sebagai sosok pemuda tinggi, atletis, heroik, dan memiliki sayap. Demikian ujar Angeline Chiu, profesor dari University of Vermont kepada USA Today.

Lho, mengapa kini bentuknya mirip bayi?

Menurut Chiu, transformasi Cupid, dari pemuda gagah jadi bayi lucu berasal dari seni era Renaissance.

"Maestro Raphael dan para seniman lain melukis bayi kecil montok di mana-mana," kata Chiu. "Mereka tak bermaksud melukis Cupid. Mungkin untuk menggambarkan cinta secara umum," tambah dia.

Namun, imej Cupid sebagai bayi lucu bertahan hingga saat ini.

 

5 dari 5 halaman

4. Mawar Merah

Pada Abad ke-18, Charles II dari Swedia memperkenalkan ide bahwa bunga melambangkan emosi atau pesan tersirat, demikian menurut ProFlowers.com.

"Saat ini, mawar merah berasosiasi dengan gairah cinta, mawar merah muda untuk persahabatan, putih untuk kemurnian, dan merah-putih adalah persatuan," kata Jennifer Sparks, juru bicara Society of American Florists.

Namun, ia menyarankan, pemberi bunga tak usah pusing memikirkan soal makna. Fokuslah pada bunga yang disukai oleh penerima.