Sukses

Butuh Rp 1.203 Triliun untuk Bangun Kembali Irak usai Perang Lawan ISIS

Menteri Perencanaan Iraq, Salman Al-Jameeli mengungkap bahwa negaranya membutuhkan US$ 88,2 miliar atau sekitar Rp 1.203 triliun untuk membangun kembali sejumlah wilayah setelah luluh lantak akibat perang melawan ISIS.

Liputan6.com, Mosul - Menteri Perencanaan Irak, Salman Al-Jameeli mengungkap bahwa negaranya membutuhkan US$ 88,2 miliar atau sekitar Rp 1.203 triliun untuk membangun kembali sejumlah wilayah yang luluh lantak akibat perang melawan ISIS.

"US$ 22,9 miliar dibutuhkan Irak dalam jangka pendek dan US$ 65,4 miliar untuk jangka menengah," ujar Salman dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Selasa, 13 Februari 2018, dalam konferensi mengenai donor Irak di Kuwait.

Dikutip dari CNN, Rabu (14/2/2018), dana rekonstruksi akan dialokasikan ke wilayah yang sempat diduduki ISIS, termasuk Mosul.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson yang juga bergabung dalam konferensi itu, menyerukan negara-negara koalisi yang berperang terhadap ISIS untuk membangun kembali Irak.

"Jika masyarakat di Irak dan Suriah tak dapat kembali menjalani kehidupan normal, kita mengambil risiko kemungkinan ISIS untuk menguasai wilayah yang lebih luas," ujar Tillerson.

Ia pun mengumumkan tambahan dana sebesar US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,72 triliun.

Menurut Salman, tujuh wilayah di utara dan timur Irak mengalami kerugian US$ 46 miliar. Selain itu, Irak juga membutuhkan dana untuk keamanan sebesar US$ 14 miliar dan sektor perbankan yang kehilangan US$ 10 miliar asetnya.

2 dari 3 halaman

18.000 Orang Tewas dalam Perang Irak Vs ISIS

Irak mengumumkan kemenangannya atas ISIS pada Desember 2017, tiga tahun setelah kelompok militan itu merebut sebagian besar wilayah Irak dan Suriah.

Sulit untuk mengetahui secara pasti berapa banyak orang yang tewas dalam operasi militer untuk mengusir ISIS. Menteri Luar Negeri Irak Ibrahim al-Jaafari memperkirakan bahwa sekitar 18.000 orang tewas dan 36.000 lainnya terluka dalam perang tersebut.

Diperkirakan, 10.000 orang sendiri tewas dalam kurun waktu sembilan bulan saat operasi perebutan kembali Mosul dilancarkan.

Seorang penasihat wilayah Nineveh, Sukaina Mohammed Ali, mengatakan bahwa ratusan wanita turut tewas di tangan militan ISIS atau dalam operasi militer untuk membebaskan kota tersebut.

Ribuan wanita menjadi janda dan banyak dari mereka yang diculik oleh anggota ISIS.

3 dari 3 halaman

Masih Ditemukan Jasad Korban Perang

Di Mosul sendiri, hampir 900.000 orang kabur dari rumah.

Selama pertempuran intensif yang berlangsung selama delapan bulan dan berakhir pada Juli 2017, lebih dari 500 bangunan rata dengan tanah dan ribuan lainnya rusak.

Hal tersebut, terungkap melalui citra satelit PBB.

Ketika CNN mengunjungi Mosul bulan lalu, petugas penyelamat masih menemukan jasad para korban di balik reruntuhan bangunan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: