Liputan6.com, Kiev - Mantan pemimpin Georgia, Mikheil Saakashvili, 'diculik' oleh segerombolan pria bertopeng di sebuah restoran di Kiev, Ukraina.
Juru bicaranya menjelaskan, Mikheil Saakashvili dibawa pergi dari restoran itu oleh rombongan pria berpakaian kamuflase hijau dan diangkut menggunakan mobil minivan putih.
Dalam sebuah rekaman CCTV dari restoran itu, pria-pria bertopeng dan bersenjata tersebut diketahui berasal dari Dinas Migrasi Negara Bagian Ukraina dan polisi setempat.
Advertisement
Kedatangan mereka untuk menciduk Saakashvili sempat membuat panik pelanggan yang tengah menikmati hidangan dan juga petugas restoran.
Sebab sebanyak empat orang tiba-tiba saja membekuk dan mengamankan Mikheil Saakashvili, lalu menyeret dan menjambak rambut tokoh oposisi Ukraina itu hingga keluar restoran.
Ketika penggrebekan dilakukan, terlihat dua orang dilumpuhkan petugas karena berusaha melawan. Diduga mereka merupakan pendukung Mikheil Saakashvili yang tak rela tokoh idolanya dilakukan.
Penangkapan sendiri dilaksanakan pada Senin, 12 Februari 2018.
Pasukan perbatasan Ukraina mengatakan, Mikheil Saakashvili berada di Ukraina secara tidak sah dan akan dikembalikan negara asalnya, Polandia.
Namun, Mikheil Saakashvili dengan berani menegaskan bahwa suatu saat ia pasti kembali ke Ukraina.
Â
Simak detik-detik penagkapan Mikeil Saakashvili berikut ini:
Melintasi Perbatasan Secara Ilegal
Mikheil Saakashvili merupakan politisi Georgia dan Ukraina, serta pendiri dan mantan ketua Partai Gerakan Persatuan Nasional. Ia terlibat politik Georgia sejak 1995.
Ia juga dikenal sebagai pemimpin pro-NATO dan pro-Barat yang mendorong berbagai reformasi politik dan ekonomi.
Sejak 25 Januari 2004 hingga 17 November 2013, ia menjadi presiden Georgia ketiga yang menjabat selama dua periode, menggantikan Presiden Eduard Shevardnadze yang mundur pada November 2003 dalam The Revolution of Roses atau Revolusi Mawar yang dipimpin dirinya serta aliansi politiknya, Nino Burjanadze dan Zurab Zhvania.
Pada 2010, ia memiliki popularitas 67%, meski dikritik oposisi atas tuduhan otoriter dan kecurangan pemilu.Â
Pada 2 Oktober 2012, Mikheil Saakashvili mengakui kekalahan partainya dalam pemilu parlemen Georgia melawan koalisi yang dipimpin oleh Bidzina Ivanishvili.
Ia dilarang konstitusi Georgia untuk periode ketiga pada pemilu presiden 2013, yang kemudian dimenangkan Giorgi Margvelashvili.
Beberapa saat setelah pemilu, ia kabur meninggalkan Georgia, melarikan diri ke Ukraina di mana dia diberi kewarganegaraan oleh Presiden Ukraina Petro Poroshenko. Sejak saat itu, ia diburu pemerintahan baru Georgia atas berbagai tuduhan kriminal, tapi ia menilai semua tuduhan tersebut berlandaskan motif politik.
Mei 2015 hingga November 2016, ia dipilih menjadi gubernur di Odessa Oblast atas kuasa Petro Poroshenko.
Namun pada bulan September 2017, Mikheil Saakashvili kembali ke Ukraina secara ilegal dengan melintasi perbatasan dari Polandia, di mana sebagian besar pendukungnya berada.
Advertisement
Ancam Lompat dari Apartemen Karena Dikepung Jaksa
Sebelumnya, Mikheil Saakashvili pernah membuat kegaduhan di tempat tinggalnya di Kiev, Ukraina. Ia menaiki atap apartemen dan mengancam akan melompat dari atas bangunan lantaran kediamannya digerebek oleh jaksa.
Menurut rekan dekatnya, David Sakravedlidze, sekitar pukul 07.00 waktu setempat, jaksa mendatangi apartemen yang dihuninya dan memaksa masuk ke dalamnya.
Mengetahui kedatangan jaksa yang tiba-tiba, Saakashvili nekat melarikan diri ke atap apartemen sebagai bentuk protes. Ia mengancam akan melompat dari ketinggian.Â
Saat itu kerumunan pendukungnya berkumpul di lantai bawah. Akan tetapi, usahanya itu berhasil digagalkan oleh petugas keamanan dan Saakashvili berhasil diringkus.
Diberitakan oleh The Independent, Selasa 5 Desember 2017, sebuah rekaman video dari tempat kejadian perkara menunjukkan petugas membawanya pergi karena ratusan demonstran mencoba menghalangi jalan.
Sudah bukan rahasia umum lagi kalau Saakashvili terlibat konflik langsung dengan Presiden Ukraina, Petro Poroshenko.
Untuk menghadapi para lawannya, seperti Saakashvili, Poroshenko diduga tidak tanggung-tanggung berani memanfaatkan badan pemerintah seperti kantor kejaksaan.
Saakashvili, yang juga merupakan politisi kontroversial, dianggap sebagai 'dalang' di balik gerakan oposisi "March for Impeachment" pada tanggal 3 Desember.
Meski demikian, Saakashvili dan Poroshenko pernah menjadi sekutu. Pada bulan Mei 2015, Poroshenko bahkan menunjuknya sebagai Gubernur Oblast Odessa, sebuah kota di Ukraina.
Selama menjabat, Saakashavili banyak menjanjikan adanya reformasi, namun pada akhirnya tak mampu melakukan terobosan nyata.