Liputan6.com, London - Pada 21 Februari 1848, buku berjudul The Communist Manifesto, ditulis oleh sang pencentus komunis, Karl Marx dengan asistensi oleh Friedrich Engles, terbit pertama kali dalam bahasa Inggris.
Penerbitan tersebut diprakarsai oleh sekelompok sosialis revolusioner kelahiran Jerman yang dikenal dengan nama Liga Komunis. Semenjak itu, pemikiran tentang tatanan hidup komunis perlahan menyebar ke berbagai penjuru dunia.
Dilansir dari History.com pada Selasa (20/2/2018), pamflet politik -- yang konon dianggap paling berpengaruh di sepanjang sejarah -- memproklamasikan sebuah retorika legendaris berbunyi: "Sejarah semua lapisan masyarakat yang eksis saat ini adalah hasil perjuangan berbagai kelas, dan seharusnya dinikmati tanpa batas kelas selama-lamanya."
Advertisement
Â
Baca Juga
Karya agung paham komunis ini sebelumnya telah terbit dalam bahasa Jerman dengan judul Manifest der Kommunistischen Partei (Manifesto Partai Komunis), namun belum begitu bergaung sebelum kemudian dialihbahasakan ke dalam Bahasa Inggris.
Seluruh pemikiran sosialis ekstrem di dalam The Communist Manifesto berkembang pesat sejak awal Abad ke-20, seiring munculnya gerakan-gerakan anti-kemapanan di banyak negara utama Eropa kala itu.
Hingga tahun 1950, hampir dari setengah jumlah populasi penduduk Bumi hidup di bawah pemerintahan Marxisme, seperti di Uni Soviet, Republik Rakyat China, dan Kuba.
Kesuksesan paling nyata dari pengaruh komunis adalah munculnya sosok Vladimir Lenin. Ia dikenal sebagai pemimpin ulung yang mencetuskan Revolusi Rusia, dan mengubah negara itu menjadi kekuatan komunis terbesar di dunia bernama Uni Soviet -- meski kemudian akhirnya bubar.Â
Â
Simak video tentang peringatan 100 tahun Revolusi Bolshevik berikut:Â
Berawal dari Karl Marx
Karl Marx lahir di kota Trier, Prusia, pada tahun 1818. Ia merupakan putra dari seorang pengacara Yahudi penganut paham Lutheranisme.
Di masa muda, Karl Marx belajr hukum dan filsafat di beberapa universitas di kota Berlin dan Jena. Ia juga dikenal sebagai pengagum G.W.F. Hegel, seorang filsuf Jerman di Abad ke-19 yang aktif mengembangkan sistem dialektika filsafat.
Kehidupan di Jerman tidak memberi cukup kesempatan bagi Marx untuk mengembangkan pemikiran politisnya. Ia pun kemudian memutuskan pindah ke Paris untuk menemukan pandangan politik baru.
Kala itu, Paris dikenal sebagai pusat pergerakan sosialis, yakni paham politik yang mengkritik keras perbedaan kelas di tengah masyarakat.
Di Paris, Marx bertemu dengan Friedrich Engels yang juga seorang keturunan Prusia, dan kemudian berteman akrab karena memiliki banyak kesamaan visi. Keduanya memperkenalkan komunis sebagai sebuah pandangan politik baru kala itu, yang menjanjikan nilai keadilan terbaik.
Namun, karena dianggap radikal, Marx dan Engels pun diusir keluar dari Prancis dan memilih menetap di Brussels. Dari sana, pemahaman tentang komunis berkembang pesat di Eropa, di mana diadopsi oleh banyak rakyat jelata yang merasa tertindas oleh pengaruh kelompok kaya.
Â
Advertisement