Liputan6.com, Moskow - Rusia akan mengorbitkan dua satelit terbuat dari kaca, yang akan digunakan untuk segala macam pengukuran presisi tinggi dan penelitian.
Benda tersebut akan membantu mencegah bencana alam di Bumi, serta mengawasi medan gravitasi bumi dan teknologi persenjataan Rusia di orbit, demikian dikutip dari laman RBTH Indonesia, Rabu (21/2/2018).
Peluncuran yang dijadwalkan pada Oktober 2018 tersebut menjadi mungkin berkat anak perusahaan Roscosmos, Sistemy Preciznogo Priborostroeniya (SPP).
Advertisement
Perusahaan ini merupakan spesialis lensa presisi tinggi multilapis yang merupakan perangkat pembuatan satelit cuaca.
Baca Juga
Hanya dua negara selain Rusia saat ini yang mampu menghasilkan satelit serupa, yaitu AS dan Prancis.
Tiga satelit bundar telah diproduksi: dua diorbitkan, dan satu lagi dipasang di daratan sebagai penerima sinyal.
Ketika di luar angkasa, satelit itu akan dijadikan target tembakan, dan digunakan untuk mengukur jarak berbasis laser -- jumlahnya ada 40 sejauh ini di seluruh dunia.
Tidak seperti sistem yang sudah ada, seperti LAGEOS milik AS, satelit buatan Rusia akan mencapai tingkat akurasi sampai sepersepuluh milimeter. Ini adalah rekor karena 1.000 kali lebih akurat dari sistem lain, menurut Direktur SPP Yury Roy.
Kebutuhan akan satelit presisi tinggi tak terelakkan. Mereka dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, tidak hanya untuk mengukur medan gravitasi bumi, namun juga meningkatkan akurasi GLONASS dan bahkan mengukur gerakan lempeng tektonik di bawah kaki kita.
Satelit pertama yang seluruhnya terbuat dari kaca pertama diluncurkan pada 2009, dan dijuluki BLITS - atau Ball of the Lens In The Space (Bola Lensa di Luar Angkasa).
Ia melayang sekitar 800 km di atas kita sebelum menabrak puing-puing satelit lain di luar angkasa pada taun 2013.
Satelit Rusia Senilai Rp 600 Miliar Hilang
Pada Desember tahun 2017 lalu, Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin mengumumkan bahwa negaranya baru saja melakukan kesalahan terburuk dan memalukan. Negeri Beruang Merah itu mengaku kehilangan satelit seharga US$ 45 juta atau sekitar Rp 600 miliar gara-gara kesalahan program.
Badan Antariksa Rusia, Roscosmos, mengatakan, bulan lalu, pihaknya kehilangan kontak dengan satelit cuaca yang baru diluncurkan--Meteor M--dari kosmodrom Rusia yang baru, Vostochny, di timur jauh.
Dikutip dari The Guardian, Rogozin mengatakan bahwa kegagalan tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia. Roket yang membawa satelit tersebut telah diprogram dengan koordinat yang salah.
Ia mengatakan bahwa koordinat roket yang membawa satelit itu seakan diluncurkan dari kosmodrom yang berbeda yakni dari Baikonur, Rusia, tempat peluncuran yang disewa Moskow dari Kazakhstan.
"Roket itu benar-benar diprogram seolah-olah lepas landas dari Baikonur padahal seharusnya dari Vostochny," kata Rogozin. "Mereka tidak memberikan koordinat yang tepat."
Roket Rusia tersebut membawa 18 satelit yang lebih kecil milik perusahaan riset, ilmiah dan komersial dari Rusia, Norwegia, Swedia, Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan Jerman.
Advertisement