Liputan6.com, Bikin Atoll - Belum genap sepuluh tahun Perang Dunia II berakhir, Amerika Serikat menguji coba bom hidrogen terbesar pada saat itu. Uji coba tersebut dilakukan di Bikini Atoll, bagian dari Kepulauan Marshall, pada 1 Maret 1954.
Diyakini bom tersebut 1.000 kali lebih kuat dibanding bom atom yang menghancurkan Hiroshima. Demikian Today in History, Kamis, 1 Maret 2018.
Begitu hebatnya bom tersebut, membuat alat pendeteksi tak dapat mengukur kekuatannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa bom 15 megaton itu jauh lebih kuat dibanding dari yang diantisipasi para ilmuwan.
Advertisement
Salah satu atol di sana seperti menguap ke angkasa, menghilang dalam awan jamur raksasa. Atol tersebut jatuh kembali ke laut dalam bentuk fall-out atau sisa bagian-bagian radioaktif.
Dimuat dalam BBC On This Day, tiga minggu setelah uji coba itu dilakukan, sebuah kapal Jepang bernama Lucky Dragon berlayar 129 km dari sana. Seluruh krunya yang berjumlah 23 orang terdampak radiasi parah.
Mereka termasuk di antara 264 orang yang secara tak sengaja terpapar radiasi akibat ledakan dan fall-out.
Penduduk asli diberi kompensasi sebesar US$ 325.000 kala itu. Mereka pun kembali ke Bikini Atoll pada 1974.
Baca Juga
Namun, mereka dievakuasi empat tahun kemudian ketika sejumlah tes baru menunjukkan tingkat residu radioaktif yang tinggi di wilayah tersebut.
Bikin menjadi lokasi uji coba nuklir pertama kali pada 1946. Sebelumnya, penduduk setempat telah dievakuasi di pulau sekitarnya.
Sebanyak 23 uji coba nuklir dilakukan di Bikini Atoll antara tahun 1946 dan 1958.
Selain uji coba bom di Bikini Atoll, di tanggal yang sama pada 1912 dilakukan aksi nekat terjun payung pertama di dunia oleh Kapten Albert Berry.
Saat itu, Kapten Albert Berry melompat dari pesawat udara di atas Jefferson Barracks, St Louis, Missouri, AS. Itu bukan upaya perdananya, sebelumnya ia beberapa kali melakukan terjun menggunakan parasut dari balon udara.
Pada 1 Maret 1978, sejumlah perampok kuburan membongkar makam Charlie Chaplin dan mencuri jasad komedian legendaris itu.
Insiden tersebut terjadi 3 bulan setelah kematian Charlie Chaplin yang berpulang di usia 88 tahun pada 25 Desember 1977.