Sukses

Diancam Dibunuh ISIS, Bintang Porno Ini Tobat

Gara-gara diancam akan dibunuh oleh ISIS, bintang porno ini angkat kaki dari industri film dewasa yang digelutinya.

Liputan6.com, Miami - Gara-gara menerima ancaman akan dibunuh ISIS, bintang porno terkenal Mia Khalifa berhenti dari industri film dewasa. Ia memutuskan untuk tobat.

Mia yang merupakan warga Lebanon keturunan Amerika pindah dari Beirut, Lebanon, ke AS pada usia sepuluh tahun sebelum akhirnya menetap di Miami. Dia menjadi pemain top di situs dewasa PornHub, tapi ia dikritik banyak orang di Timur Tengah yang mencapnya sebagai aib bagi mereka.

Wanita lulusan ilmu sejarah itu mengatakan, dirinya mulai menerima ancaman pembunuhan dari ISIS sejak 2017 lalu. Ia pun mengungkapkan bahwa militan tersebutlah yang menjadi alasan mengapa dia berhenti bekerja di industri pornografi.

Mia Khalifa kini bekerja sebagai pembawa acara olahraga. Ia pun sudah berani menceritakan efek ancaman ISIS terhadap dirinya.

"Semuanya mulai lepas kendali saat ancaman kematian dari ISIS. Saat itulah saya memutuskan hengkang," kata wanita 25 tahun itu, seperti dilaporkan Daily Star yang dikutip dari Daily Mail, Kamis (1/3/2018).

"Begitu saya mulai mendapatkan popularitas, saat itulah saya memutuskan menyingkir dari dunia itu...," ucap Khalifa.

Banyak yang mempermasalahkan sebuah adegan dari salah satu video porno yang menunjukkan bintang porno itu tengah berhubungan seks saat mengenakan hijab.

Akan tetapi, Khalifa -- yang berasal dari keluarga Kristen -- mengatakan kepada The Washington Post pada tahun 2015 bahwa dia terkejut mengetahui adegan tersebut memicu kemarahan.

"Ada film Hollywood yang menggambarkan muslim dengan cara yang jauh lebih buruk daripada adegan yang dihasilkan oleh Bang Bros (produsen film porno)," ucapnya.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

2 dari 2 halaman

Ancaman untuk Pangeran George

Ancaman juga pernah dilakukan kelompok pro-ISIS terhadap salah satu pewaris takhta Kerajaan Inggris, George Prince of Cambridge. Dugaan ancaman itu dilaporkan oleh sejumlah media Inggris.

Seperti dikutip dari New York Post pada 30 Oktober 2017, beberapa media Inggris menduga, foto putra dari Pangeran Wiliam dan Catherine 'Kate' Middleton itu diunggah dan diedarkan oleh kelompok ekstremis dalam aplikasi layanan pesan singkat Telegram. 

Foto yang diunggah dan diedarkan itu dilengkapi caption yang bertuliskan, "Bahkan keluarga kerajaan tidak akan luput". Gambar itu menunjukkan Pangeran George berdiri di depan sekolahnya di Thomas Battersea, London Selatan.

Sementara itu, sebuah akun ikut mengomentari foto Pangeran George dengan menulis, "Sekolah mulai lebih awal".

Unggahan foto tersebut turut dikomentari dengan lirik lagu jihad yang kerap dilantunkan oleh para kelompok teroris, "Ketika perang datang dengan melodi suara peluru, kami tidak percaya, menginginkan pembalasan".

Seperti dikutip media Inggris The Sun, Kepolisian Metropolitan London mengatakan telah "sadar dengan berbagai konten ekstremis (di dunia maya)". Namun, aparat enggan mengomentari lebih lanjut perihal dugaan ancaman terhadap Pangeran George dan langkah keamanan yang mungkin akan dilakukan oleh kepolisian.