Liputan6.com, Virginia - Bocah 11 tahun ini tak kuat lagi menahan celaan. Teman-teman sebayanya kerap memandangnya aneh. Tak tahan dengan ejekan, dia akhirnya memilih operasi plastik.
Bella Harrington, yang berasal dari Virginia, mengatakan bahwa dia tidak terlalu memikirkan telinga yang 'berbeda', sampai sekelompok anak di sekolahnya mulai memperhatikan dan mengolok-oloknya.
"Mereka akan selalu, seperti, menunjuk-nunjuk telingaku," kata Harrington seperti dikutip dari New York Post, pada Kamis (1/3/2018).
Advertisement
Baca Juga
"Awalnya, aku tidak mempedulikannya, tapi kemudian semakin banyak orang menunjuk-nunjuk telingaku," lanjutnya.
Perisakan kepada Harrington makin menjadi-jadi. Bocah itu akhirnya mengatakan kepada orangtuanya bahwa ia takut menguncir rambutnya.
"Ketika orang-orang mengajak berenang, aku takut mereka melihat telingaku dan mencelanya," katanya.
Ibunya, Sabrina Harrington, mengatakan bahwa siswa lain memanggil anaknya "telinga elf" atau telinga peri.
Setelah bertahun-tahun mengalami intimidasi, keluarganya membuat keputusan untuk berkonsultasi dengan ahli bedah kosmetik untuk mendapatkan prosedur otoplasty, yakni menyambung telinga.Â
"Tidak berbeda dengan mendapatkan kawat gigi, itu mengubah penampilan Anda," ucap sang ibu mengomentari operasi plastik.Â
"Jika itu akan membuatnya merasa lebih baik, ya jalankan saja," lanjutnya.
Pada bulan Desember, Dr. Joe Niamtu, yang berkantor di Midlothian, melakukan operasi plastik pada gadis berusia 11 tahun tersebut.
Bella mengatakan bahwa dia sangat senang dengan hasilnya.
"Aku sangat bahagia," katanya, menambahkan bahwa dia tak lagi memikirkan pendapat orang lain tentang telinganya yang dahulu di-bully usai operasi plastik.
Â
Â
Â
Cangkok Telinga
Harrington menderita mikrotia -- di mana telinga luarnya tak sempurna. Dan baru-baru ini, China berhasil mengembangkan operasi cangkok telinga kepada lima anak.Â
Para ilmuwan di China mengkalim berhasil mengembangkan telinga yang kompatibel untuk dicangkokkan ke pasien. Menurut mereka, ini adalah inovasi baru, pertama di dunia dalam pengobatan regeneratif.
Telinga tersebut terbuat dari sel tulang rawan pasien itu sendiri, untuk kemudian dibentuk yang baru. Tim kemudian menerbitkan temuan mereka di jurnal EBioMedicine.
Anak pertama harus menjalani prosedur dua setengah tahun untuk membuktikan bahwa tubuhnya tidak menunjukkan tanda-tanda penolakan cangkok, atau secara tidak sengaja menyerap sel baru tersebut.
Saat ini perawatan yang banyak digunakan untuk mikrotia adalah penggunaan telinga palsu prostetik, atau rekonstruksi tulang rusuk, yang memiliki hasil beragam.
Teknik baru ini dilakukan dengan pemindaian telinga anak yang tidak terdampak mikrotia, membalikkan dimensinya, mencetaknya dalam bentuk 3D atau 3 dimensi dengan tambahan lubang kecil.
Sel tulang rawan ini diambil dari telinga penerima lain -- yang juga tidak terpengaruh mikrotia -- yang kemudian digunakan untuk mengisi lubang tersebut, sementara proses pembuatan telinga baru masih dilakukan di laboratorium.
Selama lebih dari tiga bulan, sel-sel tulang rawan tersebut mulai tumbuh menyesuaikan bentuk cetakan dan otomatis memecahkan cetakan.
Advertisement