Liputan6.com, Jakarta - Warga Palestina, Hossam Hamid dan keluarganya merasa terjepit, sebab rumah mereka di Kota Al-Beira di dekat Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan, dijepit antara tembok beton yang dibuat oleh penguasa Israel.
Keluarga Palestina itu tak bisa lagi menikmati minum kopi panas pada pagi hari di kebun rumah, yang dulu digadang-gadang sebagai keindahan alam, gara-gara tembok setinggi enam meter yang dibangun belum lama ini oleh penguasa Yahudi.
Baca Juga
Rumah Hamid, yang berada di Kamp Pengungsi Jalazon, terletak di antara Permukiman Yahudi Bet El dan tembok baru sepanjang 700 meter yang mulai dibangun Israel pada November.
Advertisement
Penguasa Yahudi telah mempercepat pembangunan penghalang beton, terutama setelah keputusan Amerika Serikat pada Desember untuk mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel, tindakan yang bukan hanya telah mengakibatkan lonjakan bentrokan antara pemrotes Palestina dan tentara Israel, tapi juga membuat marah jutaan orang muslim di seluruh dunia.
Israel menyatakan tembok itu bertujuan "melindungi pemukim Bet El dari kemungkinan serangan oleh orang Palestina".
"Itu adalah pelanggaran baru yang tidak adil dan tidak sah terhadap kami," kata Hamid dengan nada suara tinggi kepada Xinhua pada 3 Maret 2018, seperti dikutip dari Antara pada Senin (5/3/2018).
"Orang Israel-lah yang menyerang kami, bukan sebaliknya," kata Hamid.
Ia mengatakan keluarganya telah memiliki rumah tersebut sejak 1978, bertahun-tahun sebelum berdirinya permukiman Israel.
"Hidup mulai memburuk setelah permukiman itu didirikan," ia mencela.
Sejak Israel membangun permukiman, keluarga tersebut tak bisa lagi melakukan pekerjaan pembangunan di kebun mereka atau memperluas rumah mereka, yang menampung 22 orang.
"Kami sekarang terperangkap antara tembok dan permukiman," kata Hamid.
 Saksikan video menarik Israel berikut ini:
Dihalangi
Selama pembangunan tembok tersebut, pasukan Israel menghalangi keluarga Hamid pindah atau keluar rumah mereka, dan membuat lubang di tembok rumahnya sebagai satu-satunya pintu masuk buat mereka.
Mahmoud Mubarak, Ketua Komite Rakyat bagi Layanan Kamp Pengungsi Jalazon, mengatakan kepada Xinhua bahwa kondisi keluarga Hamid telah sangat sulit akibat pembangunan tembok Israel itu.
Mubarak menjelaskan semua rumah di dekat atau menghadap ke Permukiman Bet El secara berkala diserang oleh pemukim Yahudi di bawah perlindungan militer Israel.
"Bahaya dari dilanjutkannya pembangunan tembok berada pada kemungkinan perampasan lebih banyak tanah milik orang Palestina," kata Ketua Komite Rakyat tersebut.
Tepi Barat, yang diduduki Israel pada 1967, adalah tempat tinggal bagi sebanyak setengah juta pemukim Yahudi, dan 2,7 juta orang Palestina.
Namun ketegangan antara orang Palestina dan pemukim Yahudi seringkali berubah jadi kerusuhan.
Orang Palestina menuduh pemukim Yahudi membakar banyak masjid dan rumah di berbagai kota di Tepi Barat, menulis slogan rasis di tembok bangunan itu dan menyerang harga warga Palestina hampir setiap hari.
Israel kini bertindak seakan-akan memiliki lampu hijau untuk merampas tanah orang Palestina untuk membuat permukiman Yahudi, tindakan yang bertentangan dengan semua kesepakatan dan konvensi internasional, kata Wasil Abou Youssif --anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina.
Advertisement