Sukses

Kim Jong-un Ingin Mengubah Sejarah dengan Korea Selatan, Rujuk?

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un mengatakan bahwa ia ingin meningkatkan kemajuan hubungan dengan Korea Selatan dan berharap dapat melakukan reunifikasi nasional.

Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un mengatakan bahwa ia ingin meningkatkan kemajuan hubungan dengan Korea Selatan. Kepada delegasi Korsel, ia berharap dapat menulis sejarah baru soal reunifikasi nasional.

Hal tersebut disampaikan Kim Jong-un saat delegasi Korea Selatan yang dipimpin Penasihat Keamanan Nasional Chung Eui-yong berkunjung ke Pyongyang. Itu merupakan kunjungan untuk kali pertama sejak Kim menjabat sebagai Pemimpin Tertinggi Korut pada 2011.

"Ia (Kim Jong-un), bertukar pandangan mendalam mengenai isu-isu untuk meredakan ketegangan militer akut di Semenanjung Korea dan mengaktifkan dialog, kontak, kerja sama, dan pertukaran serba guna," demikian laporan media Korea Utara KCNA seperti dikutip The Guardian pada Selasa (6/3/2018).

"Ia berulang kali mengklarifikasi bahwa ini adalah pendirian kami yang konsisten dan berprinsip dan keinginan tegasnya untuk meningkatkan kemajuan hubungan Utara-Selatan dan menulis sebuah sejarah baru reunifikasi nasional oleh usaha bersama bangsa yang dibanggakan di dunia ini," imbuh laporan tersebut.

Belum jelas apa yang dimaksud dengan "kesepakatan memuaskan" dan meski Korea Utara mengundang Presiden Moon Jae-in untuk berkunjung ke Pyongyang, belum ada tanggal yang ditetapkan.

Secara teknis, Korea Utara dan Selatan berada dalam kondisi bermusuhan sejak Perang Korea yang berlangsung pada 1950-1953 berakhir. Beberapa kali, negeri pimpinan Kim Jong-un itu pun mendapat kecaman luas dunia internasional akibat aktivitas pengembangan rudal dan nuklirnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Kim Jong-un Gelar Makan Malam Bersama Delegasi Korea Selatan

Kim Jong-un, menggelar makan malam bersama delegasi Korea Selatan. Itu merupakan jamuan pertama untuk Korsel sejak Kim menjabat sebagai pemimpin tertinggi Korut pada 2011.

Hal tersebut dilakukan dalam kunjungan 10 delegasi Korea Selatan ke Pyongyang pada 5 Maret 2018, yang bertujuan untuk memulai dialog antara Korea Utara dengan Amerika Serikat.

Di antara 10 delegasi tersebut, Korsel mengirimkan dua perwakilan setingkat menteri, yakni Kepala Badan Intelijen Sun Hoon dan Penasihat Keamanan Nasional Chung Eui-yong. Selain itu, Korsel juga mengirim Wakil Direktur Badan Intelijen Nasional Kim Sang-gyun dan Wakil Direktur Blue House Yung Gyeong-young.

Sebelum meninggalkan Pyongyang, Chung mengatakan bahwa ia akan menekankan kebutuhan untuk membebaskan Semenanjung Korea dari nuklir. Ia juga mengatakan akan mendorong dilakukannya dialog langsung antara Korea Utara dengan Amerika Serikat.

Sebelumnya AS mengatakan bahwa pihaknya mau bertemu dengan Korea Utara. Namun, Negeri Paman Sam itu selalu bersikeras bahwa negera pimpinan Kim Jong-un itu harus mengehentikan pengembangan program senjata nuklirnya jika dialog ingin dilakukan.

 

3 dari 3 halaman

Korea Utara Menelepon AS

Pada 1 Maret 2018, Presiden AS Donald Trump melakukan perbincangan via telepon dengan Presiden Moon.

Dalam keterangan yang dirilis Gedung Putih, disebutkan bahwa kedua negara memahami posisi tegas mereka bahwa setiap dialog dengan Korea Utara harus dilakukan untuk tercapainya denuklirisasi yang lengkap, dapat diverifikasi, dan tak diubah.

Dalam sebuah pidato di Gridiron Club Dinner pada 3 Maret 2018 malam, Trump mengatakan bahwa baru-baru ini Korea Utara membahas soal kemungkinan dilakukannya dialog antar kedua negara.

"Mereka menelpon kami beberapa hari yang lalu dan berkata, 'Kami ingin berbicara'," ujar Trump.

"Dan saya berkata, 'Begitu juga kami, tapi Anda harus melakukan denuklirisasi'. Jadi mari kita lihat apa yang terjadi," imbuh dia.