Liputan6.com, Jakarta Sebanyak lima delegasi pemuda Muslim dari Australia mengadakan kunjungan safari ke Indonesia, guna mempelajari langsung tentang keragaman dan toleransi beragama di Tanah Air.Â
Selama beberapa hari ke depan, kelima delegasi tersebut mengunjungi beberapa lembaga dan komunitas toleransi beragama di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Yogyakarta dan Makassar.
Rombongan delegasi yang terdiri dari tiga orang wanita dan dua orang pria itu, disebut merepresentasikan multikulturalisme yang kian berkembang dinamis di Australia, terutama di kota-kota besarnya.
Advertisement
Kelima delegasi muda tersebut berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, seperti pekerja di bidang pendidikan, pembangunan masyarakat, olahraga dan kesenian.
Baca Juga
Dalam program yang berlangsung selama dua minggu, pada 5 hingga 17 Maret 2018, kelompok ini akan bertemu organisasi-organisasi Islam, para pemimpin komunitas, pesantren, akademisi, dan media.
Program mereka mencakup kegiatan budaya dan antar-agama seperti menghadiri ibadah salat Jumat di Masjid Istiqlal dan mengunjungi Candi Borobudur.
Sebaliknya, sepuluh delegasi muda Muslim Indonesia akan berkunjung ke Australia, sebagai bagian dari program ini. Kesepuluh delegasi tersebut akan diberangkatkan setelah kunjungan agenda kunjungan delegasi muda Australia berakhir.Â
"Program Pertukaran Muslim membangun dan memperkuat hubungan antara para pemimpin muda Muslim di Australia dan Indonesia, membekali mereka dengan pengalaman yang mengubah hidup," kata Kuasa Usaha Kedutaan Besar Australia untuk Republik Indonesia, Allaster Cox.
Â
Simak video menarik tentang penemuan rumput rasa keripik di Australia berikut:Â
Multikulturalisme Australia pada Film Ali's Wedding
Sementara itu, Australia tengah gencar mengampanyekan isu multikulturalisme di berbagai medium, termasuk film. Salah satu karya sinema terkait yang berhasil meraih sukses adalah film Ali’s Wedding karya sutradara Jeffrey Walker.
Ali's Wedding menajdi film pembuka di Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2018 yang diadakan oleh Kedutaan Besar Australia Jakarta, pertengahan Januari lalu di Jakarta.
Sebagian besar cerita film bergenre drama komedi ini terinspirasi dari kisah hidup pemeran utamanya, yang juga penulis skenario, Osamah Sami.
Secara keseluruhan, film ini menggambarkan 'anomali' terhadap gambaran kehidupan imigran Timur Tengah di Australia yang kerap terasosiasikan sebagai kehidupan konservatif oleh media.
Sikap liberal khas negeri sekuler diadopsi berdampingan dengan nilai-nilai konservatif yang dibawa dari tanah lelulur, menjadikan film ini unik, atau boleh dikatakan 'berani'.
Sayang, beberapa distorsi tampak di pertengahan cerita, sehingga menjadikan film ini mudah ditebak akhir ceritanya.
Advertisement