Liputan6.com, New York - Banyak pria rela melakukan berbagai cara untuk terlihat perkasa di dalam hubungan seksual, termasuk mengonsumsi obat kuat. Namun, apakah 'pil dewa'Â benar-benar efektif membuat pria jadi hebat di ranjang?
Salah satu konsultan seks kenamaan Amerika Serikat (AS), Amber Lafiyah, menjelaskan terdapat tiga jenis obat kuat pria yang beredar di pasaran, yakni obat untuk gangguan seksual pada pria, obat afrodisiak untuk tingkatkan libido, serta vitamin atau suplemen kesehatan pria.
Adapun viagra sebagai obat kuat yang umum dikenal oleh publik, faktanya tidak lebih dari obat untuk mengatasi disfungsi seksual.
Advertisement
Namun, manfaat tersebut tidak bisa disamaratakan untuk seluruh bentuk disfungsi seksual, karena jika berkaitan dengan sistem syaraf atau efek penggunaan obat keras, maka penggunaan viagra akan sia-sia. Demikian dilansir dari Webmd.com pada Selasa (6/3/2018).
Baca Juga
Amber mengingatkan untuk berhati-hati dalam mengonsumsi obat disfungsi seksual, dan hanya disarankan untuk tidak lebih dari satu kali per hari. Dalam satu kali konsumsi tersebut juga tidak disarankan untuk lebih dari satu pil.
Apabila melebihi saran itu, kemungkinan risiko efek sampingnya sangat besar terjadi, mulai dari pingsan, gejala stroke, bahkan hingga sulit bernapas yang berujung kematian.
Sekalipun mengonsumsi sesuai aturan, obat kuat pria tetap memiliki risiko negatif yang tidak bisa dianggap sepele. Obat kuat dapat menyebabkan ketergantungan, yang apabila tidak dapat dikontrol dengan baik, maka akan berisiko memicu kondisi priapisme, yakni ereksi yang bekepanjangan.
"Akan lebih baik jika Anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang berkompeten di perihal terkait. Meskipun obat yang diresepkan kemungkinan berharga lebih mahal, namun setidaknya risiko kesehatannya lebih sedikit," jelas Amber.
Â
Simak video tentang hebohnya pria yang kelebihan dosis obat kuat berikut:Â
Sejarah Singkat Penemuan Viagra
Tidak mengherankan kalau Viagra banyak digunakan dan dihargai di seluruh dunia. Kepopulerannya disebabkan oleh penggunaan yang meluas dalam budaya pop, terutama di Hollywood.
Namun demikian, kisah penemuannya tidak semeriah itu. Temuan dimulai di Merthyr Tydfil, kota kecil di Welsh, Inggris, pada 1997 silam.
Kala itu, para peneliti tengah menguji obat baru pencegah demam, tapi mendapat laporan dampak tak terduga dari para sukarelawan.
Para pria peserta uji coba mengalami ereksi lebih sering. Penelitian lanjutan membuktikan bahwa obat baru untuk demam itulah yang memberikan dampak tersebut, lalu lahirlah Viagra, "pil mungil biru" yang terkenal.
Pada awalnya, obat itu dipasarkan sebagai pengobatan secara oral untuk disfungsi ereksi. Sekarang, lebih dari 20 tahun kemudian, obat itu menjadi salah satu yang terbanyak diresepkan sedunia.
Advertisement