Sukses

Kemlu RI: Sikap Kim Jong-un Beri Harapan Damai di Semenanjung Korea

Indonesia menyambut baik kunjungan dan hasil positif dari pertemuan utusan khusus Presiden Korea Selatan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Pyongyang awal pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri RI, menyambut baik kunjungan dan hasil positif dari pertemuan utusan khusus Presiden Korea Selatan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Pyongyang, awal pekan ini.

"Indonesia menyambut baik hasil positif dari kunjungan dua hari utusan khusus Presiden Korea Selatan ke Korea Utara baru-baru ini, yang memberikan harapan baru bagi terwujudnya perdamaian di Semenanjung Korea," tulis Kementerian Luar Negeri RI, seperti dikutip dari rilis resmi yang diperoleh Liputan6.com pada Rabu (7/3/2018).

Rilis itu juga menjelaskan bahwa Indonesia mendukung sepenuhnya upaya-upaya ke arah perbaikan dalam hubungan antarkedua Korea, termasuk khususnya rencana penyelenggaraan Pertemuan Tingkat Tinggi di antara kedua pemimpin Korea Selatan dan Korea Utara pada April 2018.

Mengomentari lebih lanjut perkembangan terkini seputar Korea Utara dan Korea Selatan, Kemlu menjelaskan bahwa Indonesia konsisten pada pendirian mengenai pentingnya kawasan Semenanjung Korea yang bebas senjata nuklir dan menyerukan semua pihak untuk bekerja sama ke arah itu.

Saksikan juga video berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kim Jong-un Ingin Mengubah Sejarah dengan Korea Selatan, Rujuk?

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan bahwa ia ingin meningkatkan kemajuan hubungan dengan Korea Selatan. Kepada delegasi Korsel, ia berharap dapat menulis sejarah baru soal reunifikasi nasional.

Hal tersebut disampaikan Kim Jong-un saat delegasi Korea Selatan yang dipimpin Penasihat Keamanan Nasional Chung Eui-yong berkunjung ke Pyongyang. Itu merupakan kunjungan untuk kali pertama sejak Kim menjabat sebagai Pemimpin Tertinggi Korut pada 2011.

"Ia (Kim Jong-un), bertukar pandangan mendalam mengenai isu-isu untuk meredakan ketegangan militer akut di Semenanjung Korea dan mengaktifkan dialog, kontak, kerja sama, dan pertukaran serbaguna," demikian laporan media Korea Utara KCNA, seperti dikutip The Guardian pada Selasa, 6 maret 2018.

"Ia berulang kali mengklarifikasi bahwa ini adalah pendirian kami yang konsisten dan berprinsip serta keinginan tegasnya untuk meningkatkan kemajuan hubungan Utara-Selatan dan menulis sebuah sejarah baru reunifikasi nasional oleh usaha bersama bangsa yang dibanggakan di dunia ini," imbuh laporan tersebut.

Belum jelas apa yang dimaksud dengan "kesepakatan memuaskan", dan meski Korea Utara mengundang Presiden Moon Jae-in untuk berkunjung ke Pyongyang, belum ada tanggal yang ditetapkan.

Secara teknis, Korea Utara dan Selatan berada dalam kondisi bermusuhan sejak Perang Korea yang berlangsung pada 1950-1953 berakhir. Beberapa kali, negeri pimpinan Kim Jong-un itu pun mendapat kecaman luas dunia internasional akibat aktivitas pengembangan rudal dan nuklirnya.