Sukses

Ayah Potong Tangan Anak yang Kecanduan Film Porno

Kesal peringatannya tak digubris, pria 45 tahun itu akhirnya memotong tangan sang anak yang kecanduan nonton porno.

Liputan6.com, Hyederabad - Seorang tukang daging dari Hyderabad, India selatan sangat marah mengetahui sang anak kerap menonton film porno. Padahal, ia sudah berulangkali diingatkan akan dihukum dengan memotong sebagian tangannya.

Karena kesal peringatannya tak digubris, pria 45 tahun itu akhirnya memotong tangan sang anak pada Senin 5 Maret 2018 waktu setempat.

Menurut laporan surat kabar Hindustan Times, Khalid yang bekerja untuk operator televisi kabel lokal, baru saja membeli sebuah smartphone dan ketagihan menonton film serta pornografi.

Berdasarkan laporan media setempat, seperti dikutip dari Asia One, Kamis (8/3/2018), Mohammed Qayyum Qureshi menggunakan pisau daging untuk memotong tangan putranya yang berusia 19 tahun, Mohammad Khalid Qureshi.

Peristiwa itu bermula pada Minggu 4 Maret, saat Mohammad Qayyum menemukan putranya sedang menonton film porno. Ia lalu mencoba merebut telepon genggamnya.

Namun, Khalid menolak dan bahkan menggigit tangan ayahnya sebelum keluar rumah. Dia kembali malam harinya dan melanjutkan menonton film porno itu.

Keesokan harinya, ayah dan anak itu bertengkar lagi.

Dalam kondisi marah, pria 45 tahun itu mengambil pisau dan memotong tangan kanan Khalid, di dekat pergelangan tangan.

Surat kabar harian setempat, Deccan Chronicle mengutip polisi, mengatakan bahwa Khalid dilarikan ke rumah sakit swasta di Chaitanyapuri. Ia menjalani perawatan di sana.

Dokter mengatakan, pergelangan tangannya hampir terputus. Masih ada kemungkinan dia bisa menggunakan tangannya.

Menurut Hindustan Times, Mohammed Qayyum telah menyerah diri ke kantor polisi Pahadishareef. Dia ditangkap karena percobaan pembunuhan anaknya yang kecanduan nonton film porno

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Dampak Pornografi pada Otak

Pegiat anti-pornografi secara gigih mengatakan pornografi menyebabkan ketagihan dan merampas jalur normal sistem ganjaran pada otak manusia.

Menurut teori itu, mirip seperti penagih heroin yang memerlukan penambahan narkoba untuk meraih puncak, maka para pengguna pornografi merasa tidak lagi terangsang dengan seks sesungguhnya dan terus mencari yang lebih ganas lagi.

Tentu saja, ada beberapa kekhawatiran lain tentang pornografi, misalnya tampilan kekerasan, eksploitasi, dan kesediaan atau keterpaksaan melakukan seks. Ketagihan di kalangan pria pun semakin menjadi fokus kampanye anti pornografi.

Para pegiat mengatakan bahwa membanjirnya pornografi mendorong pengguna untuk menghindari pasangan mereka dan mencari-cari gambar-gambar bestialitas (seks dengan hewan), suasana pemerkosaan, dan penistaan anak.

Beberapa sekolah di Skotlandia memperingatkan bahwa menyaksikan gambar-gambar dewasa menjurus kepada impotensi, pemaksaan, dan penyesahan.

Jadi, apakah ketagihan pornografi memang ada?

Penulis Clare Wilson mengutip sejumlah penelitian yang mengungkapkan adanya perbedaan kegiatan dalam otak antara orang yang sangat sering menggunakan pornografi dan yang tidak, bahkan seringkali berada di daerah-daerah otak yang sama yang juga menunjukkan perbedaan pada kasus ketagihan narkoba.

Beberapa penelitian, misalnya dalam PLoS One, mengungkapkan bahwa pengguna pornografi memiliki tanggapan-tanggapan yang lebih tinggi pada isyarat-isyarat seksual, tapi sebagian penelitian dalam Biological Pshychology malah mengungkapkan rendahnya tanggapan-tanggapan yang dimaksud.

Apa pun temuannya, hal itu tidak membuktikan pornografi mengubah otak seseorang. Mungkin, orang yang tertarik dengan itu memang memiliki otak yang berbeda. Mungkin saja mereka memiliki dorongan seks yang lebih tinggi, yang bisa saja disebabkan oleh perbedaan biologis.

Daripada sekadar mengandalkan pemindaian otak, perlu ditemukan seberapa seringnya para pengguna porn mengeluhkan masalah-masalah seperti impotensi dan eskalasi, atau perilaku yang miriip seperti orang ketagihan narkoba.