Liputan6.com, Jakarta - Prostitusi dianggap salah satu profesi paling tua di dunia, keberadaannya para pekerja seks komersial (PSK) bisa dilacak bahkan hingga era Yunani dan Romawi Kuno, bahkan lebih jauh lagi.
Praktik prostitusi dilakukan dengan menawarkan layanan seksual dengan imbalan uang.
Diperkirakan ada sekitar 42 juta PSK yang tinggal di seluruh dunia. Angka itu bisa jadi lebih besar jika menyertakan para pelaku prostitusi terselubung.
Advertisement
Baca Juga
Ada sejumlah alasan mengapa seseorang -- pria, wanita, maupun transgender -- terjerumus dalam praktik prostitusi. Ada yang terpaksa karena butuh uang untuk hidup, lainnya memilih profesi PSK secara sadar. Namun, ada juga yang terjebak dalam lingkaran perdagangan manusia, diculik, dan dipaksa jual diri.
Beragam cerita pun muncul dari lingkaran praktik prostitusi. Kebanyakan adalah cerita sedih.
Berikut empat kisah PSK paling menyedihkan di dunia, seperti dikutip sebagian dari Craked.com. Salah satunya bahkan dari Indonesia dan melibatkan makhluk yang bukan manusia.
Â
Â
Saksikan juga video pilihan berikut:
1. PSK Kembar Berusia 70 Tahun
Louise dan Martine Fokken masuk dalam daftar PSK paling terkenal di dunia. Dua perempuan Belanda itu masih berpraktik meski usia mereka melampaui 70 tahun. Sudah nenek-nenek!
Sudah lebih dari 50 tahun keduanya menawarkan layanan seksual. Total, ada 355 ribu pria yang mereka layani -- lebih besar dari populasi Islandia.
Martine dan Louise kini tak lagi dipajang di ruang kaca. Namun, keduanya masih melayani klien.
"Kebanyakan klien lama," kata Louise, seperti dikutip dari Telegraph. "Kami mengenal mereka selama bertahun-tahun, sebagian bahkan menjadi teman. Beberapa punya istri."
Keputusan Louise menjadi PSK dilatarbelakangi nasib sedih. Di penghujung masa remajanya, ia sudah jadi ibu tiga anak. Lelaki pasangannya adalah sosok tega yang kerap melakukan kekerasan.
Suatu hari, lelaki itu membawanya ke rumah bordil dan memaksanya untuk jadi PSK.
Sementara, Martine kala itu bekerja sebagai staf bersih-bersih di rumah bordil. Ia sering dikira sebagai kembarannya. Kepalang basah, ia memutuskan terjun.
Advertisement
2. PSK Paling Berbobot
Molly Luft menjajakan seks di Jerman. Perempuan bernama asli Edda Blanck tersebut menjuluki dirinya sebagai 'PSK tergemuk di Berlin'.
Ia bekerja sebagai PSK sebelum akhirnya membuka rumah bordilnya di Berlin Barat. Pada 2004, ia memutuskan untuk pensiun.
Selama menjadi PSK, ia telah melayani lebih dari 90 ribu pelanggan. Harga yang relatif terjangkau menjadi daya tawarnya.
Suaminya, seorang tentara Amerika Serikat lah yang menjerumuskannya ke lingkaran prostitusi. Selama jadi PSK, Luft meneruskan kebiasaan makannya, khususnya menu kesukaannya, babi panggang garing yang dilumuri madu. Berat badannya pun bertambah menjadi 170 kg.
Ketika perekonomian Jerman merosot, Luft memutuskan berhenti. Persaingan di dunia prostitusi kian sengit.
Ia menjual rumah bordilnya dan membuka bar. Namun gagal. Perempuan itu pun kembali jadi PSK.
Pada 2010, Molly Luft tutup usia akibat kanker usus besar yang ia derita.
3. PSK Tertua di Dunia
Kabar mengejutkan menjadi pemberitaan di Inggris pada 2011. Kala itu terungkap bahwa nenek salah satu peserta The X-Factor ternyata seorang PSK. Padahal perempuan sepuh itu sudah berusia 81 tahun.
Sheila Vogel, nama nenek itu, mematok bayaran 250 pound sterling per jam. Ia menawarkan diri di sebuah situs Vintage Vamps.
Tak hanya itu.
Seorang perempuan di Taiwan juga masih menjadi PSK di usianya yang sudah sepuh, 82 tahun. Ia mematok bayaran sekitar 300 dolar Taiwan.
Sementara itu, Ben Clifford Dawson asal Iowa masih menawarkan layanan seksual pada usianya yang ke 83 tahun.
Sejumlah nenek di Korea Selatan juga terpaksa menjadi pelaku prostitusi -- sebagai dampak fenomena kemiskinan di masa tua di Negeri Ginseng.
Advertisement
4. Orangutan Jadi Budak Seks
Seekor orangutan betina bernama Pony sempat dijadikan budak seks oleh seorang germo yang tidak diketahui identitasnya. Kasus ini terjadi pada 2007 silam.
Saat itu Pony hidup di lokalisasi Kereng Pangi, Kalimantan Tengah. Sejak usia 5 tahun Pony sudah diajarkan melayani para konsumen.
Sang germo mengaku Pony adalah primadona di tempat usahanya. Meski banyak pekerja seks manusia, banyak pelanggan yang lebih memilih Pony.
Alasannya pun di luar akal sehat: karena ingin merasakan sensasi berhubungan badan dengan orangutan. Bulu Pony dicukur habis agar pelanggan nyaman. Akibatnya Pony mengalami iritasi kulit.
Saat ditemukan Organisasi Penyelamatan Orangutan Borneo, Pony tengah dirantai dan terbaring di atas matras. Butuh waktu bertahun-tahun hingga Pony dapat dibebaskan.
Bahkan, regu penyelamat sempat terlibat konflik bersenjata dengan warga karena Pony dianggap aset berharga dan sumber rezeki. Perjuangan terhadap Pony tak berhenti sampai di situ.
Pony menunjukkan perilaku yang memprihatinkan selama proses rehabilitasi. Karena terbiasa "melayani", Pony langsung berlaku genit apabila dihampiri petugas rehabilitasi laki-laki. Bahkan, Pony menolak dirawat oleh petugas perempuan.
Pony juga tidak bisa mandiri akibat perlakuan bertahun-tahun yang diterimanya selama di tempat prostitusi, ia selalu disuapi manusia. Pony juga tidak memiliki keahlian memanjat.
Ia juga mengiba makanan dari para petugas yang ditemuinya dan tidak memiliki inisiatif untuk mencari buah sendiri. Setelah dimasukkan ke dalam sekolah rehabilitasi, ia dinyatakan gagal saat dilepas ke alam bebas.
Pony belum menunjukkan perilaku mandiri, ia selalu berada di tanah dan enggan mengeksplorasi hutan serta mengharap makanan dari para petugas.
Pada 2013, Pony dilepas kembali ke alam liar. Kali ini Pony sudah menunjukkan perkembangan, ia mampu bertindak "liar". Pony sudah aktif di hutan dan mampu mencari sumber pangan sendiri. Bahkan ia mampu bertahan hidup saat cuaca ekstrem melanda.
Â