Liputan6.com, Jakarta - Jalinan komunikasi yang baik dengan mantan kekasih, secara umum, dianggap sebagai tanda kedewasaan. Hal ini dianggap sebagai bukti bahwa seseorang dan mantan kekasihnya, cukup bijak dalam memandang masa lalu. Benarkah begitu?
Sebuah hasil penelitian di Universitas Brandeis, Amerika Serikat (AS), menyatakan bahwa jalinan komunikasi baik dengan mantan kekasih bisa jadi merupakan indikasi seorang psikopat. Demikian diilansir dari Huffingtonpost pada Jumat (9/3/2018)
Peneliti studi terkait, melakukan investigasi mengenai jalinan komunikasi pasca putus hubungan asmara kepada 861 responden, yang terdiri dari campuran pria dan wanita. Keseluruhan responden diberikan sederet pertanyaan mengenai bentuk hubungannya dengan mantan kekasih, dan alasan mengapa mereka memutuskan untuk menjadi teman baik.
Advertisement
Baca Juga
Mayoritas responden menyatakan bahwa mereka menjalin hubungan baik dengan mantan karena faktor kepercayaan satu sama lain. Namun bagi pria, alasan sekunder terbanyak justru berasal dari ketertarikan seksual, di mana cukup banyak yang mengaku bahwa mantan kekasih mereka justru terlihat lebih menarik pascaputus.
Hal ini kemudian memicu munculnya sikap narsisme, machiavelianisme, dan psikopat yang kesemuanya memiliki unsur egois berlebih. Konon, unsur egois inilah yang kemudian menjadi pemicu fenomena 'cinta lama bersemi kembali' atau perselingkuhan di balik bayang kekasih saat ini.
Namun, bukankah menjalin komunikasi yang baik dengan semua orang, termasuk mantan kekasih, adalah hal yang terpuji?
"Memang tidak ada salahnya menjalin komunikasi baik sepert itu. Namun yang dipermasalahkan adalah perlakuan sikap yang tidak jauh berbeda ketika masih menjalin tali asmara," ujar Juliana Braines, salah satu anggota penelitian terkiat.
Menurutnya, jika seseorang bersikap terlalu baik kepada mantan, sama saja artinya tengah menjajaki kemungkinkan untuk kembali berhubungan lebih serius. Hal itu tidak akan bermasalah jika kedua-duanya dalam status lajang.
Akan tetapi jika seseorang dalam kondisi tengah menjalin asmara dengan orang lain, maka mantan tersebut patut disebut psikopat, yang menyakiti beberapa orang sekaligus.Â
Â
Simak video mengenai enam pria tampan yang ternyata seorang psikopat bersifat keji berikut:Â
Psikopat Menurut Ilmu Psikologi
Sementara itu, para ilmuwan syaraf telah lama mengaitkan perilaku psikopat dengan ketiadaaan rasa takut. Akan tetapi, menurut suatu penelitian baru, para psikopat mungkin bukannya tanpa takut seperti yang diduga selama ini.
Dikutip dari Daily Mail pada Jumat (0/3/2018), sebuah studi ilmiah mengungkapkan bahwa orang-orang dengan psikopat kurang mampu mengenali dan menanggapi berbagai ancaman yang menghampirinya.
Dalam hasil studi ilmiah yang diterbitkan di jurnal Psychological Bulletin itu, para peneliti dari Vrije Universiteit Amsterdam dan Radboud University Nijmegen, menelaah hubungan antara ketakutan dan psikopati pada orang dewasa.
Selama beberapa dekade, dugaan defisit emosi ini dipandang sebagai 'faktor yang cukup secara etiologis' bagi perilaku berisiko pada orang psikopat. Jenis-jenis gangguan emosional ini termasuk di antara ciri yang membedakan psikopat dengan penyimpangan kejiwaan lainnya.
Kata para penulis penelitian, "Psikopati adalah gangguan parah kepribadian bercirikan tumpulnya welas asih, gaya antarpribadi yang penuh muslihat dan merasa layak, dan perilaku ceroboh tak bertanggungjawab yang terkadang impulsif."
Tim peneliti menciptakan suatu model untuk memisahkan mekanisme otak yang terlibat dalam deteksi dan tanggapan otomatis terhadap ancaman dan pengalaman sadar akan ketakutan sebagai suatu emosi. Mereka bahkan menelusuri sejumlah kajian hingga terbitan 1806.
Advertisement