Liputan6.com, Washington, D.C. - Pesawat luar angkasa NASA, Juno, mengumpulkan data baru mengenai misinya selama mengorbit Jupiter.
Juno mengungkapkan beberapa misteri dalam planet gas raksasa itu. Menurut citra Juno, permukaan Jupiter terdiri dari gumpalan gas yang terang dan gelap, serta angin yang berembus ke arah berlawanan dengan kecepatan tinggi.
Baca Juga
Dalam foto tersebut, tampak pusaran badai berputar-putar di permukaan planet. Badai itu sendiri terdiri dari campuran hidrogen cair dan helium yang bergerak, dengan jet besar yang menghantam atmosfer sehingga membentuk garis-garis lengkung bak lukisan abstrak di atas kanvas.Â
Advertisement
Ilmuwan bernama Yohai Kaspi dari Weizmann Institute of Science di Israel, yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan, Galileo telah mengamati garis-garis di Jupiter lebih dari 400 tahun yang lalu.
"Hingga kini, kami memiliki pemahaman dangkal tentang garis-garis itu dan mampu menghubungkan mereka (garis) ke awan yang berada di sepanjang jet," paparnya, seperti dikutip dari CNN, Kamis, 8 Maret 2018.
"Dengan mengikuti alur pengukuran gravitasi Juno, kita tahu seberapa dalam jet itu dan struktur seperti apa yang ada di bawah awan yang terlihat," imbuh Kaspi, yang juga penulis utama makalah Nature mengenai lapisan cuaca Jupiter, seperti dikutip dari situs web NASA.
"Seperti beralih dari gambar 2-D ke 3-D dalam definisi tinggi,"Â tuturnya lagi.
Jupiter terbentuk dari helium dan hidrogen, tak seperti Bumi dan Mars yang teksturnya lebih padat. Para periset terkejut saat mengetahui bahwa jet tersebut mengalir sekitar 1.800 mil di bawah awan berwarna cokelat. Meski demikian, mereka yakin bahwa jet itu akan terus bergerak sampai kedalaman 1.900 mil (3.000 kilometer).
Ahli tata surya, Tristan Guillot dari Universite Cote d'Azur di Nice, mengatakan pusat dari aliran tersbut kemungkinan terbuat dari batuan bertekanan dan bersuhu tinggi. Ia meyakini adanya cairan juga, tapi tidak padat.
Juno akan terus mengorbit Jupiter sampai Juli 2018. Setelahnya, pesawat ruang angkasa tersebut akan "menceburkan diri" ke dalam Jupiter, yang memiliki massa 317 kali dari Bumi. Juno pun akan hancur saat itu juga.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Mengungkap Jupiter yang Sebenarnya
Para ilmuwan berharap, temuan ini akan memperbaiki pemahaman tentang struktur interior Jupiter, massa inti (core mass) dan asal-usulnya.
Penemuan tersebut juga mengungkap siklon besar yang mengelilingi kutub utara dan kutub selatan Jupiter. Kedua kutub, faktanya, mengandung atmosfer berbeda dengan planet-planet lain di tata surya, kata laporan NASA.
"Pengukuran Juno tentang gravitasi Jupiter menunjukkan asimetri (kutub) utara-selatan, mirip dengan cincinnya," kata Luciano Iess, co-investigator Juno dari Sapienza Uiversity di Roma dan penulis utama makalah Nature tentang gravitasi Jupiter.
"Dalam sebuah planet gas, asimetri semacam itu hanya bisa mengalir di dalam planet; dan di Jupiter, aliran jet timur dan barat juga sama asimetrisnya dengan kutub utara dan selatan," lanjutnya.
"Semakin dalam jet dan semakin banyak massa yang terkandung, maka semakin mengarah ke sinyal kuat yang ada di medan gravitasi. Dengan demikian, besarnya asimetri dalam gravitasi Jupiter menentukan seberapa dalam aliran jet," ucapnya lagi.
Jet adalah aliran cepat cairan atau gas yang dikeluarkan dari lubang kecil.
Advertisement