Sukses

Memburu Bos Taliban Pakistan, AS Gelar Sayembara Berhadiah Rp 68 M

Dianggap sebagai ancaman, Amerika Serikat kini tengah memburu sejumlah pemimpin militan terkait Taliban dan Al Qaeda.

Liputan6.com, Washington, D.C - Departemen Luar Negeri AS menggelar sayembara berhadiah US$5 juta atau sekitar Rp 68 miliar untuk bantuan menemukan pemimpin Taliban Pakistan pada Kamis 8 Maret 2018. Sosok terkait serangan berdarah di Pakistan dan pengeboman mobil Times Square New York pada 2010.

Seperti dikutip dari Al Arabiya, Jumat (9/3/2018), tawaran hadiah dari Departemen Luar Negeri AS itu ditujukan kepada informasi yang mengarah pada identifikasi atau lokasi Maulana Fazlullah, sang kepala kelompok militan Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP).

Selain itu, Departemen Luar Negeri AS juga menawarkan US$3 juta atau senilai Rp 41 miliar untuk dua militan lain terkait TTP. Yakni Abdul Wali yang merupakan pemimpin Jemaat ul-Ahrar, dan Mangal Bagh selaku pimpinan Lashkar-e-Islam.

Departemen tersebut mengatakan bahwa TTP telah menggambarkan citra mereka sebagai aliansi dekat dengan Al Qaeda. Dan ketiga kelompok militan tersebut merupakan ancaman bagi keamanan Amerika Serikat.

Menurut pejabat AS, TTP memberikan pelatihan bahan peledak kepada Faisal Shahzad, yang gagal saat berupaya meledakkan sebuah bom mobil di Times Square pada Mei 2010.

Taliban juga berada di balik pembantaian lebih dari 150 orang di sebuah sekolah di Peshawar pada Desember 2014, dan kematian sembilan orang lain dalam serangan pada bulan Desember 2017 di kota yang sama.

Kelompok Taliban juga bertanggung jawab atas penembakan Malala Yousafzai pada bulan Oktober 2012, sosok simbol global perjuangan untuk hak anak perempuan terhadap sekolah.

Pada Januari 2018, sebuah serangan pesawat tak berawak AS dilaporkan telah membunuh Khalid Mehsood, wakil pemimpin TTP.

Dalam sebuah langkah terpisah, selain memburu pemimpin Taliban, Departemen Luar Negeri AS juga menambahkan dua anggota kelompok ekstremis al-Shabaab dari Kenya ke dalam daftar teroris global yang ditunjuk secara khusus. Mereka adalah Ahmad Iman Ali dan Abdifatah Abubakar Abdi.

Keduanya terkait dengan serangan mematikan di negaranya.

 

 

Saksikan juga video berikut:

2 dari 2 halaman

Sayembara Menangkap Pimpinan ISIS

Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS sempat menawarkan imbalan bagi mereka yang bisa memberikan informasi yang mengarah pada penangkapan sang pemimpin ISIS. Mereka menggelontorkan dana US$ 10 juta atau sekitar Rp 120 miliar.

Imbalan untuk Abu Bakr al-Baghdadi sebagai orang paling dicari AS merupakan yang kedua tertinggi. Setelah Ayman al-Zawahiri,  dokter pribadi Osama bin Laden yang mengancam akan menyerang kedutaan besar AS di Kenya dan Tanzania dan terkait serangan 11 September (9/11). Imbalan untuk informasi dirinya dihargai $ 25 juta atau sekitar Rp 300 miliar.

Selama ini, ISIS termasuk militan yang rajin menggunakan media sosial. Untuk merekrut pengikut, menyebarluaskan pengaruh, dan memamerkan kesadisan mereka, salah satunya pemenggalan terhadap 2 jurnalis AS dan 1 pekerja sosial Inggris. Tetapi hal itu juga jadi titik lemah mereka.

AS menilai, ISIS rentan terhadap pengkhianatan oleh orang dalam yang dapat mengirim postingan sederhana tentang keberadaan pemimpin melalui Twitter. Karena tergiur dengan imbalan yang diberikan.

Sejauh ini, pemerintah AS menjanjikan untuk membayar imbalan kepada warga negara manapun yang mampu memberikan informasi kredibel terkait al-Baghdadi. Jumlah uang yang akan diberikan sebagai hadiah itu bisa saja melampaui yang dijanjikan, jika data yang dikuak ternyata sangat berguna.