Sukses

Kim Jong-un Bisa Belajar 5 Hal Ini dari Buku Karya Donald Trump

Kim dan Trump rencananya akan bertemu pada Mei 2018 untuk membahas soal denukliriasi Semenanjung Korea. Lalu, apa yang bisa dipelajari Kim dari buku Art of Deal untuk membantu pertemuannya?

Liputan6.com, Pyongyang - Bintang NBA, Dennis Rodman, diundang oleh Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada 2017. Seperti tamu pada umumnya, ia membawa bingkisan untuk Kim, seorang pecinta NBA.

Dikutip dari BBC, Sabtu (10/3/2018), mantan pemain basket itu membawa goody-bag untuk Kim Jong-un, yang di dalanya termasuk sabun, puzzle, dan buku Where's Waldo.

Namun satu yang paling menarik dari isi bingkisan itu, yakni buku Art of the Deal, buku yang ditulis oleh Donald Trump pada 1987.

Kim Jong-un dan Trump rencananya akan bertemu pada Mei 2018 untuk membahas soal denukliriasi Semenanjung Korea. Lalu, apa yang bisa dipelajari Kim dari buku Art of Deal untuk membantu pertemuannya dengan Trump? Berikut 5 di antaranya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 6 halaman

1. Jangan Terintimidasi

Dalam bukunya, Trump bercerita tentang gurunya di sekolah swasta di New York yang bernama Theodore Dobias, seorang sersan pelatih di Marinir Amerika Serikat.

Ia mengatakan, Dobias adalah sosok guru yang akan mengenakan kekerasan fisik jika siswanya melanggar peraturan. Beberapa teman Trump mencoba membalasnya dengan fisik. Namun, mereka akhirnya dibalas kembali dengan kekerasan oleh Dobias.

Trump mencoba cara lain. Ia memilih untuk menghormati Dobias. Namun, Trump memastikan bahwa Dobias mengetahui bahwa dirinya tak terintimidasi oleh sikapnya itu.

"Seperti banyak laki-laki kuat, Dobias memiliki tendensi untuk menunjukkan kekuatannya jika ia mencium kelemahannya," tulis Trump.

"Namun di sisi lain, jika ia mencium kekuatan, namun Anda tak mencoba merendahkannya, ia akan memperlakukan Anda seperti seorang laki-laki," imbuh Trump.

 

3 dari 6 halaman

2. Bertahan

Saat kuliah, Trump berinvestasi dalam pembangunan perumahan di Cincinnati, Ohio. Salah satu manajer proyeknya adalah pria gemuk, botak, berkacamata tebal, berusia 65 tahun, yang bernama Irving.

Meski terlihat tua dan lemah. Trump menyebut Irving memiliki kekuatan besar untuk mempertahankan dirinya.

Trump bercerita, suatu hari Irving pergi untuk mengumpulkan uang sewa dari penyewa yang telat membayar. Ia pun memaki-maki anak perempuan keluarga tersebut yang berusia 10 tahun.

Tal terima dengan perlakuan Irving, ayah gadis itu menghampiri kantor Irving. Pria bertubuh kecil tersebut harus berhadapan dengan laki-laki bertubuh besar, yang disebut Trump seperti raksasa.

"Saya kira Irving akan kabur. Sebaliknya, ia mulai menyerang orang itu secara verbal, memukul-mukul, dan menjerit," tulis Trump. Pria itu pun meninggalkan kantor Irving.

"Irving menyelamatkan nyawanya sendiri dengan tidak menunjukkan rasa takut, dan itu meninggalkan kesan yang sangat nyata pada diri saya."

"Anda tak boleh takut. Anda telah melakukan pekerjaan Anda, Anda bertahan, Anda berdiri tegak, dan apa pun yang terjadi, terjadi lah," imbuh Trump.

 

4 dari 6 halaman

3. Minta Hal yang Luar Biasa

Setelah kalah dalam Pemilihan Presiden AS 1980, Jimmy Carter menemui Donald Trump di kantornya. Carter meminta dana untuk perpustakaan presidennya, lalu Trump bertanya berapa yang ia butuhkan.

Kala itu Jimmy Carter meminta U$5 juta -- saat ini nilainya sekitar US$ 15 juta. "Saya tercengang," tulis Trump. "Bahkan saya tidak menjawabnya."

Namun dari sana Trump mengetahui alasan mengapa Carter bisa bisa menjadi presiden.

"Jawabannya adalah, karena kurang memenuhi syarat untuk pekerjaan itu, Jimmy Carter memiliki keberanian, kemauan kuat, untuk meminta sesuatu yang luar biasa," tulis Trump.

 

5 dari 6 halaman

4. Buat Pengaruh

Menurut Trump, pengaruh adalah sesuatu yang diinginkan dan dibutuhkan oleh setiap orang.

"Hal terbaik yang bisa Anda lakukan adalah setuju dengan kekuatan. Dan pengaruh adalah kekuatan terbesar yang bisa Anda miliki," tulis Trump.

Terkadang, pengaruh merupakan hal yang harus diciptakan.

 

6 dari 6 halaman

5. Kekuatan Pikiran Negatif

Trump mengatakan bahwa dirinya tidak percaya pada kekuatan berpikir positif. Sebaliknya, ia percaya pada kekuatan berpikir negatif.

"Saya selalu masuk ke dalam kesepakatan dan mengantisipasi yang terburuk," tulis Trump. "Jika Anda merencanakan yang terburuk -- jika Anda bisa hidup dengan yang terburuk -- kebaikan akan selalu datang dengan sendiri," imbuh dia.