Sukses

Donald Trump: Kesepakatan dengan Korea Utara dalam Proses

Keputusan Donald Trump untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, diambil tanpa melalui proses diskusi dengan tokoh kunci pemerintahannya.

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Donald Trump melalui media sosial Twitter menyatakan, kesepakatan dengan Korea Utara "tengah dalam proses". Pernyataan tersebut dirilis Trump sehari setelah ia mengungkapkan kesediaannya untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Sebelumnya, Gedung Putih menegaskan bahwa pertemuan antara dua pemimpin dunia tersebut hanya akan terjadi bila Korea Utara mengambil "langkah konkret".

Kicauan Donald Trump yang menyatakan bahwa kesepakatan dengan Korea Utara tengah dalam proses (Twitter/@realDonaldTrump)

Seperti dilansir BBC, Minggu (11/3/2018), media Amerika Serikat menyebutkan bahwa Trump membuat keputusan tanpa bertemu atau berkonsultasi lebih dulu dengan sejumlah tokoh kunci di pemerintahannya.

Sejarah belum pernah mencatat terjadinya pertemuan antara Presiden AS dan pemimpin Korea Utara.

Trump dikabarkan mengejutkan para pengamat saat ia menyatakan setuju memenuhi undangan untuk bertemu dengan Kim Jong-un. Undangan tersebut disampaikan oleh utusan Korea Selatan.

Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, tengah tidak berada di tempat saat Trump merilis pernyataannya via Twitter. Tillerson sedang dalam lawatan resmi perdananya ke Afrika.

Sebelumnya, pada Jumat (9/3/2018), Tillerson menjelaskan pada wartawan bahwa keputusan untuk bertemu dengan Kim Jong-un diambil sendiri oleh Trump.

"Saya bicara dengannya (Trump) pada pagi ini tentang keputusan itu dan kami berdialog dengan baik," tutur Tillerson.

Sementara itu, pada Sabtu (10/3/2018), Tillerson dikabarkan membatalkan seluruh acara resminya di Kenya. Staf Tillerson mengatakan bahwa Menlu AS tersebut "merasa dalam kondisi kurang baik setelah beberapa hari berkutat dengan sejumlah isu utama, seperti Korea Utara".

Utusan Korea Selatan yang belum lama ini bertemu dengan Kim Jong-un di Pyongyang mengatakan bahwa Korea Utara "berkomitmen untuk melakukan denuklirisasi" sebagai tujuan akhir. Namun, tidak ada pernyataan bahwa langkah tersebut akan dimulai sebelum pertemuan dengan AS.Melalui Twitter, Donald Trump menyatakan ia percaya dengan komitmen Korea Utara yang tidak akan melakukan uji coba selama proses pembicaraan berlangsung (Twitter/@realDonaldTrump)

Akan tetapi, lewat pernyataannya di Twitter, Trump memastikan bahwa Korea Utara berkomitmen untuk tidak melakukan uji coba rudal selama proses pembicaraan berlangsung. Ia menyatakan percaya dengan janji Korea Utara.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Serba Belum Pasti

Melalui Twitter, Trump juga menyatakan bahwa ia telah bicara dengan Presiden China, Xi Jinping, tentang rencana bertemu Kim Jong-un. Menurut Trump, Presiden Xi mengapresiasi upaya AS yang lebih memilih menempuh jalur diplomatik dibanding "alternatif lain yang tidak menyenangkan".

Adapun media-media China memuat laporan bahwa rencana pertemuan Trump dengan Kim Jong-un merupakan hasil usaha Beijing. Surat kabar Partai Komunis, the People Daily, bahkan menyebutkan bahwa AS "mengucapkan banyak terima kasih dan sangat menaruh perhatian tinggi pada peran penting China".

Sementara itu, media Korea Utara tidak menyinggung soal rencana pertemuan pemimpin mereka dengan Trump.

Namun, pada hari Jumat, the Washington Post melaporkan sebuah pernyataan dari Duta Besar Korea Utara untuk PBB di New York. Ia menggambarkan perkembangan terkait rencana pertemuan Trump dengan Kim Jong-un dengan mengatakan "sebuah keputusan berani dari pemimpin tertinggi kami". Sang diplomat menambahkan bahwa "perdamaian dan stabilitas" di Semenanjung Korea dan Asia Timur bisa diamankan.

Pernyataan awal delegasi Korea Selatan menyebutkan bahwa pertemuan tersebut akan berlangsung pada Mei. Meski demikian, tempat dan tanggal belum ditetapkan secara resmi.

Zona Demiliterisasi (DMZ) yang membelah Korea menjadi Utara dan Selatan diprediksi masuk dalam opsi tempat pertemuan Trump dan Kim Jong-un. Namun, pertemuan diduga juga dapat berlangsung di Beijing.