Sukses

Untuk Ketiga Kalinya, Pantai Timur AS Kembali Dihantui Badai Nor’easter

Badai Nor'easter kembali mengancam kawasan Pantai Timur AS, di mana diprediksi akan datang menghantam dalam dua minggu ke depan.

Liputan6.com, Boston - Terjangan badai musim dingin belum juga selesai di wilayah Pantai Timur Amerika Serikat (AS). Lembaga Prakiraan Cuaca Nasional melaporkan pada hari Minggu, 11 Maret 2018, bahwa anomali badai Nor'easter akan kembali menghantam dalam dua minggu ke depan.

Dilansir dari Time.com pada Senin (12/3/2018), anomali badai Nor'easter itu akan kembali menyebabkan turunnya salju lebat. Namun, wilayah yang diprediksi terkena dampak bencana terkait, menyusut menjadi hanya di kawasan New England, yang meliputi negara bagian Massachusetts, Maine, New York, Pennsylvania, dan sebagian West Virginia.

Prediksi badai terkait juga menyebut kota Boston akan mengalami ketebalan salju antara 6 hingga 8 inci, atau sekitar 15 hingga 21 cm. Sementara negara bagian Maine diperkirakan akan mengalami ketebalan salju yang lebih tinggi, yakni mencapai satu kaki, atau sekitar 30,5 cm.

Sementara itu, area megapolitan New York akan mengalami ketebalan salju antara 4 hingga 6 inci (sekitar 10-16 cm), di mana deburan ombak ganas turut mengancam kawasan Long Island di bagian timur laut.

Meski begitu, prediksi mengenai dampak banjir di kawasan pesisir kali ini, lebih rendah dibandingkan dua badai Nor'easter sebelumnya.

 

Simak video mengenai badai salju ganas yang menerjang pesisir AS berirkut: 

2 dari 2 halaman

Badai Nor'easter Menguak Temuan Bangkai Kapal Dagang Kuno

Sementara itu, badai Nor’easter kedua yang terjadi pada Rabu, 7 Maret 2018, menyebabkan terkuaknya sebuah bangkai kapal dagang kuno berusia 250 tahun.

Bangkai kapal tersebut ditemukan di pesisir negara bagian Maine, dan dinamakan Kapal Short-Hands yang dibuat pada akhir Abad ke-18 silam.

Menurut Leith Smith, seorang arkeolog pada Komisi Pelestarian Budaya di negara bagian Maine, kapal tersebut diduga kuat pertama kali berlayar pada 1769, sebelum pecahnya Perang Revolusi Amerika. Demikian dilansir dari ABC News pada Selasa, 6 Maret 2018.

Para arkeolog meyakini kapal terkait dibuat di sekitar Maine. Hal itu telihat pada penggunaan beberapa jenis kayu yang banyak ditanam di sana, seperti kayu pohon bulu balsam, birch kuning, beech, pinus merah, dan oak putih.

Kapal yang dipastikan berwarna merah muda itu diketahui memiliki dasar lambung datar, yang menjadi ciri khas banyak kapal dagang lintas Atlantik di Abad ke-18 hingga awal Abad ke-19.

Menurut Smith, bangkai kapal tersebut sangat mungkin pernah digunakan untuk memuat kargo bijih besi untuk ekspor. Dugaan tersebut muncul dari temuan kerak besi yang menempel di beberapa bagian dalam lambung kapal.