Liputan6.com, Moskow - Pemerintahan Presiden Vladimir Putin mengklaim telah berhasil melakukan uji coba sebuah misil hipersonik, yang menjadi bagian dari kelengkapan senjata nuklir pada sistem pertahanan Rusia. Misil hipersonik tersebut, konon, sulit untuk dihentikan oleh berbagai teknologi penghalau militer yang berkembang saat ini.
Dilansir dari Independent.co.uk pada Senin (12/3/2018), keberhasilan terkait ditunjukkan langsung oleh Kementerian Pertahanan Rusia melalui sebuah rekaman video, di mana target sasaran berhasil diserang dan menimbulkan ledakan "awan jamur" yang dahsyat.
Uji coba tersebut diyakini sebagai langkah lanjutan Rusia yang berisiko menimbulkan gejolak Perang Dunia III di kemudian hari.Â
Advertisement
Baca Juga
Misil yang dinamakan Kinzhal itu, oleh Presiden Vladimir Putin, disebut sebagai "senjata ideal" untuk melengkapi rencana pertahanan militer terbaru yang diumumkan awal Maret lalu.
Inspirasi di balik penamaan misil terkait didasarkan pada bentuk belati bermata dua, yang mampu melesat dalam kekuatan 10 kali kecepatan suara.
Berbicara pada sebuah ajang kenegaraan pada 1 Maret, kecepatan dahsyat yang dimiliki oleh Kinzhal mampu membuatnya kebal terhadap serangan rudal dan tameng pertahanan udara.
Moskow mengatakan bahwa misil terkait mampu membawa kepala nuklir ke target sasaran sejauh hingga 2.000 kilometer, sekaligus mampu mengubah arah targetnya di tengah perjalanan.
Dalam uji coba terkait, misil Kinzhal diluncurkan dari pesawat MIG-31 yang terbang landas dari sebuah pangkalan militer di kawasan barat daya Rusia.
Sementara itu, kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadinya Perang Dunia III kian menguat di kawasan Laut Baltik, di mana Rusia dilaporkan terus menambah fasilitas pangkalan militernya di Kaliningrad.Â
Pemerintah Rusia mengatakan, telah menempatkan teknologi misil sebelumnya, misil Iskander di Kaliningrad -- teritori khusus yang terletak di antara Polandia dan Lithuania -- sebagai tanggapan sementara atas pembangunan fasilitas militer Amerika Serikat (AS) di laut Baltik.
Kepala Komite Pertahanan pada parlemen Rusia, Vladimir Shamanov, membenarkan bahwa sistem misil bertenaga nuklir Iskander telah dikirim ke Kaliningrad pada Senin, 5 Februari 2018.
"Penyebaran lokasi fasilitas militer di Laut Baltik tentu menjadi perhatian kami, apalagi jika hal itu dilakukan oleh negara di luar kawasan Eropa," jelasnya.
Meskipun begitu, pemerintah Rusia tidak menyebut pasti berapa jumlah misil nuklir yang dikirimkan ke Kaliningrand.
Sementara itu, NATO belum berkomentar terkait penempatan misil nuklir Rusia di Laut Baltik. Ini memperkuat argumetasi Dr Miller bahwa strategi besar Putin adalah memporakporandakan NATO sebelum akhirnya pecahlah Perang Dunia III.
Â
Simak video tentang torpedo kiamat Rusia berikut ini:Â
Jangan Main-Main dengan Rusia
Keputusan melansir beberapa teknologi senjata baru, oleh pemerintah Rusia, disebut sebagai sikap bela diri terhadap kekhawatiran adanya adu kekuatan militer antara negara-negara besar dunia, seperti AS dan China misalnya.
Peluncuran senjata terkait, menurut lansiran Daily Mail pada Senin ini, adalah jawaban Rusia terhadap pengumuman militer AS, pada beberapa minggu sebelumnya, tentang dugaan rencana perluasan kapasitas nuklir yang dianggap kian menyulitkan perundingan komitmen damai antara Washington DC dan Moskow.
"Kepada mereka yang dalam 15 tahun terakhir telah mencoba mempercepat perlombaan senjata, dan mencari keuntungan sepihak melawan Rusia, tidak ada yang bisa melawan kami," ujar Presiden Vladiir Putin memperingatkan.
"Perlu digarisbawahi kembali bahwa program senjata nuklir kami dibuat untuk kepentingan pertahanan yang sangat menjunjung tinggi prinsip perdamaian," lanjutnya menegaskan.
Â
Â
Advertisement