Liputan6.com, Washington, D.C. - Sebanyak 7.000 pasang sepatu berjajar di halaman depan Gedung Capitol di Washington DC, Amerika Serikat, pada Selasa, 13 Maret 2018. Ukurannya besar hingga kecil, beraneka rupa dan warna.
Sepatu-sepatu tersebut bukan alas kaki biasa. Masing-masing mewakili derita dari jiwa yang terenggut paksa atau mengalami luka akibat kasus penembakan dan penyalahgunaan senjata di Negeri Paman Sam.Â
Baca Juga
Sepatu-sepatu tersebut dijajarkan sebagai bagian dari aksi damai untuk mengenang para bocah yang menjadi korban, tewas maupun luka. Sekaligus untuk menggerakkan para politikus di parlemen agar berbuat sesuatu.Â
Advertisement
Meski diam, sepatu-sepatu itu sejatinya meneriakkan seruan. Â
Penyelenggara aksi, kelompok advokasi internasional, Avaaz, ingin menunjukkan betapa banyak anak yang menjadi korban penembakan, terlebih sejak tragedi Sandy Hook Elementary School pada 2012, demikian dilaporkan CBS News.
Aksi damai tersebut juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh American Academy of Pediatrics. Mereka mencatat bahwa setiap tahunnya di Amerika Serikat, ada sekitar 1.300 anak yang meninggal karena luka tembak.
Sepatu-sepatu itu diletakkan di depan Gedung Capitol dari pukul 08.30 pagi hingga 14.00 waktu Amerika Serikat. Mereka ingin mendorong Kongres melakukan reformasi kepemilikan senjata api dengan segera.
Selain tragedi penembakan di Sandy Hook Elementary School pada 2012, demonstrasi tersebut juga merupakan bentuk kecaman terhadap insiden serupa pada bulan lalu di Marjory Stoneman Douglas High School, Parkland, Florida, Amerika Serikat.
Saat itu, bekas siswa sekolah itu Nikolas Cruz, menembaki orang-orang yang ada di halaman sekolah dengan senapan serbu AR-15. Sebanyak 17 siswa dilaporkan tewas di tangan pemuda berusia 19 tahun itu.
"Aksi ini mewakilki rasa pedih terhadap para korban kekerasan senjata api, langsung ke pintu depan Kongres," tulis Avaaz dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari TIME, Rabu 14 Maret 2018.
"Semua sepatu ini menutupi area (Gedung Capitol) lebih dari 10.000 meter persegi," kata Oscar Soria, seorang aktivis senior Avaaz, kepada ABC News.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Sepatu yang Dipakai Korban Saat Tewas
Sepatu-sepatu mungil itu dikumpulkan oleh para aktivis selama dua minggu. Beberapa di antaranya disumbangkan langsung oleh keluarga yang anaknya menjadi korban kekerasan senjata api.
"Sekitar lima keluarga datang langsung kemari dan menyumbangkannya. Ini adalah momen paling emosional," ungkap Soria.
Salah satu orangtua yang hadir di tengah aksi damai itu adalah Tom Mauser, yang anaknya terbunuh dalam pembantaian di Sandy Hook Elementary School, Columbine.
"Saya datang langsung ke Washington dengan membawa sepatu putra saya, Daniel, yang ia kenakan saat tragedi itu," kata Mauser, menurut sebuah pernyataan dari Avaaz.
"Saya pikir, aksi ini menawarkan metafora yang sangat kuat, entah itu untuk merindukan korban yang pernah memakai sepatu tersebut atau perasaan ingin mencari perubahan, sehingga orang lain tidak akan mengalami hal buruk serupa," lanjutnya.
Avaaz menyampaikan bahwa beberapa selebritas juga menyumbangkan sejumlah sepatu, termasuk Bette Midler, Susan Sarandon, Alyssa Milano, dan Chelsea Handler. Sepatu-sepatu dari mereka nantinya akan disumbangkan untuk badan amal.
Advertisement