Sukses

Bocah Laki-Laki di Desa Ini Tak Punya Penis hingga Usia 12 Tahun

Sebagian anak laki-laki di Republik Dominika tidak memiliki penis hingga menginjak usia pubertas. Ini alasannya.

Liputan6.com, Santo Dominggo - Pubertas bisa menjadi masa yang sulit bagi banyak orang, di mana terkadang muncul keengganan untuk beranjak dari anak-anak menuju dewasa.

Namun bagi sebagian anak laki-laki di suatu desa terpencil di Republik Dominika, pubertas adalah suatu masa yang memang sulit untuk dihadapi, karena mereka sangat terlambat memiliki penis. 

Dilansir dari Science Alert pada Kamis (15/3/2018), sebagian anak laki-laki di Republik Dominika mengalami sebuah kelainan fisik yang dikenal dengan istilah Guevedoce.

Kondisi ini membuat seorang anak laki-laki baru bisa memiliki penis ketika menginjak awal masa pubertas, yakni di kisaran usia 9 hingga 12.

Mereka yang mengalami kondisi tidak biasa ini tercatat sebanyak lebih dari satu persen dari populasi Salinas, sebuah desa terpencil yang terletak di barat daya dari Republik Dominika.

Secara harafiah, Guevedoce bermakna 'penis di usia 12' -- dan juga kerap disebut machihembras -- adalah sebuah kondisi ketika seorang gadis kecil tiba-tiba berubah menjadi remaja putra saat menginjak usia pubertas.

Kondisi tersebut biasanya bersifat abu-abu, yakni ketika kelamin seorang anak tidak menyiratkan secara pasti identitas gender sejak lahir.

Namun, ada pula beberapa kasus menunjukkan bahwa anak yang terlahir sebagai gadis, mendadak tubuh penis -- dan dinyatakan sebagai laki-laki -- ketika memasuki masa awal remaja.

Setelah melewati masa pubertas, remaja dengan kondisi Guevedoces akan tumbuh menjadi pria tulen, dengan penis dan 'kelengkapan' penanda maskulinitas lain yang berfungsi penuh. 

"Meski memiliki jenggot tipis dan prostat kecil, namun secara biologis, mereka telah menjadi pria seutuhnya," ujar Mosley.

Kelompok anak-anak dengan Guevedoce tidak hanya ditemukan di Republik Dominika, namun kasus serupa juag ditemukan di beberapa wilayah lain, seperti di Turki dan Papua Nugini.

 

Simak video mengenai remaja tertinggi di dunia berikut: 

2 dari 2 halaman

Menjadi Dasar Penciptaan Obat Prostat

Penelitian tentang fenomena Guevedoce telah dilakukan sejak beberapa dekade lalu oleh Julianne Imperato, seorang ahli endokrinologi dari Universitas Cornell, Amerika Serikat, yang melakukan perjalanan ke Republik Dominika pada tahun 1970an.

Imperato dan rekan-rekannya menemukan bahwa kekurangan enzim 5-α-reduktase bertanggung jawab atas kondisi langka Guevedoce.

Tanpa enzim ini, tubuh tidak menciptakan hormon seks pria dihidrotestosteron (DHT), yang menghambat perkembangan organ seksual pria hingga masa pubertas.

Anehnya, penemuan Imperato terkait fenomena Guevedoce  jutsru menjadi dasar diciptakannya obat Finasteride, yang digunakan oleh ribuan orang -- jika bukan jutaan orang di seluruh dunia -- untuk mengatasi isu pembesaran prostat dan pola kebotakan pada pria.