Liputan6.com, Jakarta - Tiangong-1 yang merupakan Stasiun Luar Angkasa pertama China, diperkirakan akan jatuh ke Bumi pada pekan depan.
Menurut perkiraan, satelit itu akan jatuh ke Bumi dalam rentang tanggal 30 Maret - 6 April 2018. Demikian seperti dikutip dari ABC 7 - WJLA, Rabu (21/3/2018).
Advertisement
Baca Juga
Saat ini, satelit yang masih mengorbit itu telah semakin dekat dengan Bumi. Ilmuwan pun telah memiliki data yang cukup untuk memperkirakan secara akurat jalur lintasan, waktu, dan lokasi jatuh satelit tersebut.
"Jika melihat pergerakannya saat ini, satelit itu mungkin akan jatuh di belahan Bumi bagian barat," kata Hugh Lewis, dosen senior di Aerospace Engineering University of Southampton kepada Daily Mail.
Seiring hari, ketika Tiangong-1 semakin dengat Bumi, data yang dihimpun oleh para ilmuwan untuk memperkirakan jalur lintasan, waktu, dan lokasi jatuh satelit tersebut akan semakin bertambah akurat.
Sehingga, otoritas yang berwenang bisa mempersiapkan sejumlah hal untuk meminimalisir dampak sampingan dari jatuhnya satelit itu.
Akankah Habis Terbakar Atmosfer Bumi?
Beberapa hari sebelumnya, sempat muncul kekhawatiran jika Tiangong-1 -- yang berukuran besar -- tak akan habis terbakar atmosfer ketika memasuki Bumi.
Akibatnya, serpihan-serpihan besar dari satelit itu akan jatuh di sembarang tempat dan mungkin menimpa wilayah yang dihuni manusia.
Selain itu, sebuah laporan menyebut bahwa serpihan Tiangong-1 berpotensi mengandung sisa-sisa bahan bakar satelit itu -- yang mengandung zat kimia hydrazine yang korosif.
Jika jatuh di tempat berpopulasi, zat itu mampu menyebabkan dermatitis atau radang kulit serius bagi manusia dan hewan.
Tapi, kekhawatiran tentang Tiangong-1 itu perlahan mulai surut menyusul perkembangan terbaru saat ini.
Â
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Jatuh di Indonesia?
Pada waktu yang terpisah, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memperkiran bahwa Indonesia juga termasuk menjadi wilayah jatuhnya Tiangong-1.
"Semua wilayah pada rentang 43 derajat LU (Lintang Utara) - 43 derajat LS (Lintang Selatan), termasuk Indonesia, berpotensi kejatuhan. Tetapi lokasi pastinya belum bisa ditentukan," demikian pernyataan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat 16 Maret 2018.
Meski demikian, dalam akun Facebook-nya, Thomas mengimbau agar masyarakat tak perlu cemas. Namun, ia juga mewanti-wanti agar masyarakat tetap waspada jika melihat benda itu jatuh.
"Stasiun Antariksa milik RRT sebentar lagi akan jatuh. Bobotnya 8,5 ton. Berbahaya, tetapi masyarakat tidak perlu cemas. Potensi jatuh di permukiman sangat-sangat kecil," tulis Thomas.
"Namun, warga yang melihatnya jatuh harus waspada. Jangan menyentuhnya. Segera laporkan kepada aparat setempat untuk diteruskan ke Lapan," imbuh dia.
Sementara itu, Aerospace Engineering memprediksi, Tiangong-1 mungkin akan jatuh di kota-kota Amerika Serikat, seperti Boston, Detroit, Philadelphia, Des Moines, Milwaukee, Salt Lake City, atau yang lainnya.
Tiangong secara harfiah memiliki arti 'istana surgawi'. Stasiun Angkasa Luar itu, diluncurkan pada 2011.
Tiangong-1 adalah stasiun angkasa luar pertama China yang mengorbit pada 30 September 2011. Selama itu, ada dua misi berawak yang dikirim ke stasiun tersebut.
Pada 2016, China mengakui bahwa pihaknya kehilangan kendali Tiangong-1 dan tak dapat mengontrol masuknya kembali stasiun itu ke Bumi.
Advertisement