Liputan6.com, Tel Aviv - Ahed Tamimi, remaja Palestina yang menghebohkan dunia karena menampar seorang tentara Israel, akhirnya menerima keputusan pengadilan militer negeri zionis.
Pengacara gadis 17 tahun itu mengatakan, pihaknya telah menerima kesepakatan bahwa Tamimi akan menjalani hukuman delapan bulan di penjara.
Berdasarkan kesepakatan, yang ditawarkan oleh jaksa penuntut militer pada Rabu 21 Maret 2018, Ahed Tamimi diperkirakan akan mengaku bersalah atas empat tuduhan, termasuk serangan, hasutan dan dua tuduhan menghalangi tentara.
Advertisement
Pengacara Tamimi, Gaby Lasky, mengatakan hukuman itu mencakup empat bulan sudah terlaksana dan denda 5.000 shekel atau sekitar Rp 198 juta.
Dikutip dari The Guardian pada Kamis (22/3/2018), kesepakatan itu dibuat selama sidang tertutup, tetapi masih harus disetujui oleh pengadilan militer, tambah pengacara Tamimi.
Ahed Tamimi, yang ditangkap di tengah malam dan ditolak jaminan, berpotensi menghadapi bertahun-tahun penjara atas 12 dakwaan termasuk menyerang pasukan keamanan dan melempar batu.
Baca Juga
Sebelumnya, gambar-gambar yang menunjukkan Tamimi tersenyum saat diborgol keluar pengadilan menjadikan remaja itu pusat perdebatan mengenai pendudukan Israel di Tepi Barat.
Para pendukung Tamimi memuji dia sebagai ikon perlawanan Palestina. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan, dia tidak menimbulkan ancaman nyata dan mengatakan bahwa kasusnya melambangkan kebrutalan yang ditimbulkan dari setengah dasawarsa pemerintahan militer Israel.
Desa Tamimi, Nabi Saleh, telah menjadi fokus protes anti-pendudukan Israel di Palestina selama bertahun-tahun.
Di Israel, banyak menuduh keluarga Tamimi menggunakan anak perempuan mereka untuk membuat film provokasi.
Yang lain menyerukan hukuman yang keras karena mereka mengatakan insiden itu membuat militer terlihat lemah. Video aksi Ahed Tamimi telah beredar luas, dan para pemujinya mengatakan, remaja itu adalah "martir".
"Dia bukan gadis kecil, Ahed Tamimi adalah seorang teroris," kata Menteri Kebudayaan Miri Regev.
"Sudah saatnya mereka mengerti bahwa orang-orang seperti dia harus dipenjara dan tidak diizinkan untuk menghasut rasisme dan subversi terhadap negara Israel," lanjut pernyataan menteri Israel itu soal Ahed Tamimi.
Saksikan video Ahed Tamimi berikut ini:
Sidang Tertutup
Karena tingginya perhatian internasional atas kasus ini, hakim memerintahkan sidang tertutup pada Februari lalu. Pengadilan banding militer kemudian menolak permintaan Tamimi untuk mengadakan persidangan di pengadilan terbuka, meskipun pihak penuntut menyatakan bahwa mereka tidak keberatan.
Sementara itu, keluarga Tamimi memiliki sejarah panjang tentang perlawanan damai dan kekerasan. Jaksa mengatakan, remaja itu memukul tentara tidak lama setelah mendengar pasukan Israel telah melukai sepupunya yang berusia 15 tahun, yang ditembak di kepala dengan peluru karet saat bentrokan lempar batu.
Ibu Tamimi, Nariman, dan sepupu juga ditangkap karena insiden yang sama. Pengacara Tamimi, Gaby Lasky mengatakan Nariman akan menawar penjara delapan bulan.
Sebuah LSM anti-pendudukan Israel, B'Tselem mengatakan pekan ini bahwa anak-anak lelaki Palestina menderita "pelanggaran sistematis" terhadap hak-hak mereka di bawah sistem pengadilan remaja militer Israel.
Lembaga itu mengatakan, para tersangka muda sering disarankan untuk mengaku bersalah dengan imbalan hukuman penjara yang dikurangi.
Advertisement