Sukses

Joyeuse, Pedang Gaib Penakluk Eropa yang Berubah Warna 30 Kali dalam Sehari

Sejumlah kisah menyebut bahwa Pedang Joyeuse dapat memantulkan sinar Matahari begitu terangnya sehingga bisa membutakan mata musuh di medan pertempuran.

Liputan6.com, Paris - Senjata, termasuk pedang, merupakan salah satu hal yang tak dapat dipisahkan dari kisah-kisah hebat dari sebuah perang, penaklukan wilayah, hingga hal-hal mistis.

Salah satu senjata legendaris yang masih terekam jelas oleh sejarah dunia adalah Pedang Joyeuse. Pedang penobatan raja-raja Prancis itu dikenal memiliki kekuatan gaib.

Dikutip dari The Vintage News, Kamis (22/3/2018), sejumlah sejarawan menganggap bahwa pedang tersebut membantu Charlemagne atau dikenal dengan Charles the Great untuk menyatukan Eropa Barat pada Abad ke-9 -- ia kemudian dikenal sebagai "Bapak Eropa".

Joyeuse yang secara harfiah berarti "gembira", ditempa oleh pandai besi legendaris bernama Galas. Menurut legenda populer, ia menghabiskan tiga tahun untuk menyelesaikannya.

Sejumlah kisah menyebut bahwa pedang tersebut dapat memantulkan sinar Matahari begitu terangnya sehingga bisa membutakan mata musuh di medan pertempuran.

Ada yang menyebut pedang itu dapat berubah warna 30 kali per hari. Orang yang memegangnya pun disebut-sebut kebal terhadap racun.

Dengan cepat, Pedang Joyeuse dikenal sebagai pedang yang menaklukkan Eropa.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Charlemagne dan Pedang Joyeuse

Tidak ada yang yakin dengan nasib Pedang Joyeuse setelah Charlemagne meninggal pada tahun 814. Namun, reputasi pedang tersebut di seluruh Eropa semakin kuat.

Puisi abad ke-11 dari Prancis yang dikenal sebagai "Song of Roland" memberikan deskripsi bagaimana Charlemagne bertarung di medan perang dengan menggunakan pedang legendaris itu.

"Charlemagne menggunakan jubah putihnya dan pelindung kepala bertakhtakan emas; di sampingnya tergantung Joyeuse, dan tak pernah ada pedang yang sebanding; warnanya berganti tiga puluh kali dalam sehari."

Dikisahkan dalam Pertempuran Roncevaux Pass, Charlemagne kehilangan pedangnya itu. Menurut cerita, ia menjanjikan imbalan besar bagi siapa pun yang dapat menemukan Joyeuse.

Rezeki tak ke mana. Salah seorang pasukannya menemukan pedang tersebut. Ia pun menerima imbalan berupa tanah yang luas.

3 dari 3 halaman

Jadi Pedang Penobatan Raja Prancis

Selama beberapa abad setelah kematian Charlemagne, keberadaan Pedang Joyeuse masih diselimuti misteri.

Akan tetapi, menurut sejumlah sumber, pedang itu digunakan saat penobatan Raja Philip the Bold pada 1270. Pedang Abad Pertengahan itu pun menjadi saksi sejumlah penobatan Raja Prancis.

Pedang Joyeuse terakhir kali digunakan dalam penobatan Charles X pada 1825.

Kini, tak ada yang yakin apakah pedang yang dipajang di Museum Louvre itu merupakan Pedang Joyeuse yang asli atau bukan.

Satu yang pasti, Pedang Joyeuse masih menjadi simbol kekuatan besar, saksi mata penaklukan, dan menjadi salah satu pedang paling bersejarah.