Sukses

5 Laba-Laba Pembunuh di Dunia, Salah Satunya Ada di Indonesia

Berikut ini lima jenis laba-laba dengan bisa mematikan, salah satunya hidup di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Laba-laba adalah sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap, dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae dan termasuk kelas Arachnida.

Laba-laba berevolusi lebih dari 380 juta tahun yang lalu dan menjadi bagian penting dari ekosistem dunia. Meski telah hidup ratusan juta lamanya, bukan berarti hewan ini tak menakutkan. Memang, banyak di antaranya yang tidak berbahaya, tetapi ada baiknya manusia menjauhinya karena binatang ini juga berbisa.

Kabar baiknya: kematian akibat gigitan laba-laba sangat jarang ditemukan. Binatang ini hanya membunuh musuhnya atau mangsanya jika merasa terancam.

Berikut jenis laba-laba paling mematikan yang ada di dunia, seperti dikutip dari Top Tenz, Kamis (22/3/2018). Beberapa di antaranya juga hidup di Indonesia.

2 dari 6 halaman

1. Laba-Laba Kantuog Kuning

Yellow sac spider atau laba-laba kantong kuning merupakan bagian dari genus Cheiracanthium, dan spesies berbeda ditemukan di seluruh dunia seperti Amerika Serikat, Australia, Eropa, dan Jepang. Baik laba-laba jantan dan betina, besarnya sama, yaitu sekitar setengah inci. Warnanya kuning pucat.

Satu hal yang menarik tentang Yellow Sac adalah mereka menyukai bau bensin. Pada 2011, laba-laba ini membuat pabrik mobil Mazda kerepotan. Yellow Sac membangun sarang mereka di dalam sistem emisi 52.000 mobil.

Selain mengganggu produsen mobil, Yellow Sac juga berbisa. Gigitan langsung laba-laba itu sangat menyakitkan dan bisa menyebabkan memar merah dan bengkak. Untungnya, efek samping racun tak berlangsung lama dan tak berakibat fatal.

3 dari 6 halaman

2. Laba-Laba Janda Hitam

Salah satu laba-laba paling terkenal adalah black widow spider atau laba-laba janda hitam (Latrodectus hesperus). Mereka ditemukan di daerah yang beriklim sedang, gelap, dan kering seperti Amerika Serikat, Amerika Selatan, Afrika, Eropa Selatan dan Asia, dan Australia -- termasuk Indonesia.

Betinanya memiliki ciri khas tersendiri karena berbagai faktor. Pertama, ukurannya dua kali lebih besar dari laba-laba jantan dan panjangnya sekitar 1,5 inci. Kedua, mereka memiliki tubuh berbentuk jam pasir yang mengkilap. Di bagian bawah perut kanan juga ada tanda merah.

Ketiga dan mungkin menjadi alasan penamaan "janda" pada laba-laba ini adalah, setelah kawin, betina akan membunuh pejantannya.

Orang yang digigit laba-laba janda hitam tidak menderita gejala serius. Namun, menurut National Geographic, racun mereka 15 kali lebih kuat daripada ular derik. Jadi jika hewan ini menggigit dan menyuntikkan banyak racun dalam tubuh seseorang, maka dia bisa berada dalam masalah besar.

Pada awalnya, orang tersebut akan merasakan sakit yang menghujam di area gigitan, seperti tusukan jarum. Area gigitan akan memerah dan membengkak.

Kemudian, 15 menit setelah gigitan, rasa sakit akan menyebar ke seluruh tubuh, terutama di dada dan perut. Otot-otot di daerah ini akan mulai kram karena kejang parah. Racun laba-laba janda hitam dapat menyebabkan kesulitan bernapas, karena melumpuhkan diafragma.

Laba-laba janda hitam jarang membunuh orang dewasa yang sehat. Kemungkinan fatal akibat gigitannya hanya satu persen. Meski demikian, tetapi binatang ini berbahaya bagi anak-anak, orang tua, dan orang sakit.

4 dari 6 halaman

3. Laba-Laba Janda Palsu

False widow spider atau laba-laba janda palsu (Steatoda nobilis) keberadaannya pertama kali diyakini ada di Inggris, dalam pengiriman buah pada 1870-an.

Mereka disebut sebagai laba-laba paling berbisa di Inggris dan saat ini populasi mereka berkembang karena perubahan iklim. Gejala-gejala gigitan yang ditimbulkan berbeda-beda. Namun, area yang digigit bisa membengkak hingga sebesar bola tenis.

Pemain sepak bola profesional, James Gray, digigit oleh laba-laba ini di lengan kanannya pada Maret 2016. Dia mengatakan, awalnya dia tidak terlalu memikirkan gigitan itu.

Tapi lama kelamaan, bekas gigitan memerah, membentuk seperti titik. Lalu, dia merasa amat lelah, tetapi ia masih tidak berpikir bahwa rasa lelah itu disebabkan oleh gigitan laba-laba janda palsu.

Dia baru menyadarinya ketika dokter tim sepak bola memeriksa kondisinya, beberapa hari setelah gigitan. Pada saat itu infeksi telah menyebar dan Gray harus dirawat di rumah sakit. Dia menjalani operasi dan mereka melubangi bagian yang terinfeksi.

Hanya ada satu laporan kematian akibat sengatan laba-laba janda palsu. Pada 2014, Pat Gough-Irwin meninggal sebulan setelah digigit oleh laba-laba janda palsu. Namun, peristiwa itu dibantah oleh para ahli, karena belum ada bukti kuat mengenai efek samping fatal laba-laba janda palsu.

5 dari 6 halaman

4. Laba-Laba Punggung Merah

Redback Spider atau laba-laba punggung merah (Latrodectus hasselti) adalah kerabat dekat laba-laba janda hitam (Anda bisa melihat kemiripan yang mencolok), tetapi Redback hanya ditemukan di Australia.

Laba-laba ini memiliki garis merah di punggung mereka. Untuk betina, garis merah itu lebih gelap daripada jantan. Ukuran tubuh redback sedang, kira-kira sebesar kacang polong.

Untungnya, sebagian besar gigitan laba-laba punggung merah tidak berakibat fatal. Hanya sekitar 250 gigitan setiap tahun yang membutuhkan antivenom atau penawar racun. Seseorang yang tergigit biasanya mengalami keringat dingin, mual, otot melemah dan muntah.

Sejak diperkenalkannya antivenom pada 1956, ada satu laporan kematian yang disebabkan oleh gigitan laba-laba punggung merah. Ini adalah kasus kematian pertama di Australia sejak 1979.

Pada April 2016, Jayden Burleigh yang berusia 22 tahun, digigit oleh laba-laba punggung merah di bawah lengan kirinya. Dia dirawat di rumah sakit selama empat hari dan diberikan antibiotik. Dia meninggal, tiga hari setelah dinyatakan sembuh.

6 dari 6 halaman

5. Laba-Laba Pasir Mata Enam

Six-eyed sand spider atau laba-laba pasir mata enam (Sicarius hahni) adalah kerabat dari Recluse Spider dan hanya ditemukan di padang pasir Afrika Selatan.

Mereka adalah laba-laba berukuran sedang, sekitar 0,3 sampai sekitar 0,6 inci, dan tubuhnya ditutupi rambut-rambut kecil yang disebut setae. Rambut-rambut ini digunakan untuk mengubur diri di pasir dan berkamuflase. Inilah taktik menyerang laba-laba pasir mata enam. Ketika mangsanya mendekat, ia menyergapnya.

Tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi pada seseorang ketika digigit laba-laba ini. Hanya ada dua kasus dugaan keracunan, tetapi tidak dapat dikonfirmasi. Penelitian di laboratorium menunjukkan, racun laba-laba pasir mata enam sangat berbahaya, biasa disebut cryotoxin. Begitu masuk tubuh, racun mulai menghancurkan jaringan dan organ.

Bisa tersebut bekerja seperti asam sulfat dan menggerogoti daging, menciptakan lesi. Tak lama setelah digigit, orang itu akan pendarahan dan toksin menyebar ke ginjal serta hati, menyebabkan kematian. Saat ini, tidak ada antivenom untuk racunnya. Untungnya, Six-eyed Sand Spider adalah hewan pemalu.

Video Terkini